Kepala BKKBN Riau Lihat Langsung Praktik Pemasangan IUD dan Implan di Rumbai Pesisir
Sebelumnya, 15 bidan sudah menjalani pelatihan secara daring dan tatap muka langsung. Selanjutnya, mereka harus menjalani praktik langsung dengan memasang alat kontrasepsi. Saat ini, yang dipasang adalah IUD dan implan.
RIAUCERDAS.COM - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Perwakilan Provinsi Riau, Mardalena Wati Yulia turun langsung melihat kegiatan pemasangan alat kontrasepsi di tempat praktik Bidan Delima Hj Dince Safrina, Amd.Keb, S.ST di Jalan Limbungan, Rumbai Pesisir, Rabu (13/9/2023).
Di sana, 15 bidan terlihat bergantian melayani kaum ibu yang menjadi akseptor KB. Khususnya layanan pemasangan intrauterine device (IUD) dan implan. Beberapa lagi menunggu akseptor datang ke tempat tersebut.
Kepala BKKBN sempat melihat proses pemasangan implan dan IUD para akseptor di kamar-kamar yang telah disediakan. Mardalena juga sempat berbincang dengan para akseptor. Sampai pukul 14.18 WIB, sudah ada 59 akseptor yang mendapat pelayanan.
"Hari ini sebenarnya yang mendaftar ada 75 orang. Pelayanan akan dilakukan sampai sore sembari menunggu yang belum datang," tutur Mardalena.
Menurutnya, dalam kegiatan ini ditargetkan bisa melayani 90 orang akseptor. Jumlah itu disesuaikan dengan target layanan oleh 15 bidan yang saat itu tengah praktik langsung memasang IUD dan implan. Dimana, tiap bidan ditargetkan memberi 3 layanan IUD dan 3 implan.
"15 bidan yang hadir saat ini dari enam kabupaten di Riau. Mereka adalah bidan yang dilatih dilatih BKKBN agar menjadi tenaga kesehatan yang mampu memberikan pelayanan terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) di daerah locus stunting," tutur Mardalena.
Sebelumnya, para bidan sudah menjalani pelatihan secara daring dan tatap muka langsung. Selanjutnya, mereka harus menjalani praktik langsung dengan memasang alat kontrasepsi. Saat ini, yang dipasang adalah IUD dan implan.
Diharapkan, lewat pelatihan ini, kualitas layanan KB di daerah-daerah semakin meningkat. Karena menurutnya, kualitas layanan tentu dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusianya. Termasuk bidan.
Di samping itu, Mardalena juga menegaskan bahwa pelatihan ini juga langkah melindungi para bidan yang memberikan layanan KB. Dimana, setelah pelatihan, mereka akan dibekali dengan sertifikat atau lisensi untuk memberi pelayanan kontrasepsi.
Mardalena berharap, setelah memiliki kemampuan dan bersertifikat, para bidan mampu melayani secara maksimal di wilayahnya masing-masing. Terutama, daerah yang terpencil dan masih memerlukan layanan kontrasepsi berkualitas.
Layanan kontrasepsi nantinya diharapkan mampu mengurangi angka unmeet need dan meningkatkan prevelensi kontrasepsi modern (mCPR) di Riau. Mardalena juga ingin, kasus stunting turun dengan gencarnya pelaksanaan layanan kontrasepsi.
Menurut dia, stunting sangat berhubungan dengan masalah kehamilan dan melahirkan. Karena, ada 4T yang mesti diingat dalam kehamilan. Yaitu, tidak terlalu muda, tidak terlalu tua, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu banyak. Semuanya ini berpengaruh pada kemucnulan kasus stunting.
Dia menginginkan, akseptor memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang seperti implan dan IUD. Karena dengan metode ini, masanya bisa lebih panjang. "Bisa sampai 3 tahun. Berbeda dengan pil atau suntik KB yang harus diulang dalam 3 bulan. Kalau lupa, malah bisa hamil," tuturnya.
Dijelaskan Kepala Perwakilan BKKBN Riau, kegiatan serupa juga akan mereka lakukan di Klinik Bidan Ernita Jalan Lobak ,Pekanbaru pada Kamis (14/9/2023). Langkah ini dilakukan agar target melayani 90 akseptor bisa tercapai. (*)
What's Your Reaction?