Ikhtiar Pemprov Mencerdaskan Anak Riau
Pariwara
KURANG lebih setahun menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau, Syamsuar dan Edy Natar Nasution langsung dihadapkan dengan pandemi Covid-19 yang berdampak luas. Hampir semua aktivitas publik di dunia terhenti. Orang-orang terpaksa diam di rumah.
Di dunia pendidikan, dampak pandemi pun sangat besar. Sekolah-sekolah ditutup. Perguruan tinggi menghentikan perkuliahan. Aktivitas pendidikan beralih dari tatap muka menjadi tatap gawai. Ya, saat itu nyaris semua aktivitas belajar mengajar dilakukan secara online.
Namun, setelah pandemi berakhir, Gubernur dan Wakil Gubernur membawa Riau saat itu perlahan-lahan bangkit. Kuncinya, perhatian besar Gubernur Riau Syamsuar saat itu pada masa depan sumber daya manusia di Riau.
Syamsuar melalui Pemprov Riau memang dikenal peduli dengan dunia pendidikan dan kualitas manusia. Saking pedulinya, Misi pertama pasangan Syamsuar-Edy Natar saat menjabat adalah "Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Beriman, Berkualitas dan Berdaya Saing Global Melalui Pembangunan Manusia Seutuhnya".
Bentuk perhatian itu berbuah manis. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencatatkan pada tahun 2019 Riau ada pada angka 73.00. Di akhir tahun itu, dunia langsung dihadapkan dengan pandemi yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan.
Di tahun 2020 saat masa pandemi, IPM Riau turun menjadi 72,71. Setahun kemudian, ketika umat manusia di dunia diperhadapkan dengan pola hidup yang banyak berubah, Pemprov Riau berhasil menaikkan angka IPM menjadi 72,94. Di tahun 2022 angkanya naik drastis menjadi 73,52. Lebih tinggi dari rata-rata IPM nasional yang ada di angka 72,91.
Dua indikator yang turut mempengaruhi capaian IPM itu ada di bidang pendidikan. Yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Kedua indikator ini sangat erat kaitannya dengan Dinas Pendidikan Provinsi Riau selaku leading sector di bidang pendidikan anak Riau.
Badan Pusat Statistik mencatat, di tahun 2019, HLS Riau ada di angka 13,14. Meski di awal-awal masa pandemi, HLS tetap naik menjadi 13,20 di tahun 2020. Ketika sekolah dan kampus tutup serta proses pembelajaran beralih ke Daring, HLS Riau tetap naik di tahun 2021 menjadi 13,28 dan 13,29 di tahun 2022. Lebih tinggi dari rata-rata HLS nasional tayun 2022 yaitu 13,01.
Sementara, RLS Provinsi Riau juga cenderung naik dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pada 2019, RLS Riau ada di angka 9,03. Kemudian, di masa pandemi sedang di puncak-puncaknya, pada tahun 2020 RLS Riau malah naik menjadi 9,14 dan 9,19 di tahun 2021. Kemudian, di tahun 2022 kembali menanjak di angka 9,22. Padahal berdasarkan dataindonesia.id, RLS anak di Indonesia di tahun 2022 adalah 8,69 tahun.
Mudahkan Warga Akses Sekolah
Keberhasilan Riau melewati masa pandemi dengan segala macam kendalanya tak lepas dari ikhtiar yang kuat dari Pemprov Riau dalam mencerdaskan generasi muda. Di masa pandemi, ketika angka putus sekolah di Riau meningkat, Pemprov melalui Dinas Pendidikan membentuk Tim Pengentasan Anak Tidak Sekolah atau PANTAS. Tim ini tujuannya memudahkan warga mengakses pendidikan.
Ada juga program Wajib Belajar 12 tahun agar tidak ada lagi anak usia 12 sampai 18 tahun yang tidak sekolah.
Kemudian ada program menggratiskan biaya pendidikan jenjang SMA sederajat dan menanggung biaya sekolah siswa kurang mampu di SMA dan SMK swasta.
Terbukanya masyarakat mengakses dunia pendidikan juga terwujud dengan adanya program pendidikan gratis di SMA Terbuka dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Pemprov juga menyalurkan bantuan Rp1,1 juta bagi ribuan siswa dari keluarga miskin dan bantuan untuk siswa komunitas adat terpencil.
Agar semua anak usia sekolah bisa tertampung, Pemprov juga mendirikan Unit Sekolah Baru serta Ruang Kelas Baru. Sejak tahun 2019, Pemprov Riau telah membangun atau merehabilitasi bangunan sekolah maupun pembangunan ruang kelas baru (RKB) sebanyak 396 unit. Belum lagi pembangunan 272 laboratorium untuk SMA, SMK dan SLB di 12 kabupaten/kota.
Perhatian Lebih pada Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi termasuk bidang yang mendapat perhatian besar dari Pemprov Riau. Buktinya, di tahun 2022 lalu, Gubernur Riau menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 6 tentang penguatan pendidikan dan pelatihan vokasi melalui kemitraan dengan industri, dunia usaha dan dunia kerja.
Riau bisa dikatakan selangkah lebih maju dari daerah lainnya lewat regulasi ini. Karena saat itu, belum satupun daerah di Indonesia yang melakukan hal serupa. Di samping itu, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi keluar belakangan. Tak heran, saat Perpres itu keluar, Syamsuar diundang khusus untuk menerima naskahnya dari Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Kemudian, Riau juga sudah memiliki Tim Koordinasi Vokasi Daerah (TKDV) yang langsung diketuai Sekretaris Daerah Provinsi Riau, SF Hariyanto. TKDV ini diisi oleh para birokrat, akademisi, praktisi dan pelaku usaha serta industri yang memiliki perhatian lebih terhadap dunia pendidikan.
Rekrut Ribuan Tenaga Pendidik
Pemprov Riau juga memiliki perhatian besar pada kecukupan tenaga pendidik di satuan-satuan pendidikan. Buktinya, di tahun 2022, Pemprov Riau menerima 5.851 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tenaga guru. Dengan jumlah itu, Riau jadi provinsi terbanyak kedua yang menerima PPPK di tahun 2022.
Tahun 2023 ini, Pemprov Riau kembali membuka rekrutmen PPPK. Dari total 3.379 formasi, sebanyak 3.057 di antaranya formasi guru yang prosesnya masih berlangsung.
Pentingkan Pendidikan Karakter Siswa
Tak hanya di bidang akademik, Pemprov Riau juga memberi dorongan pada generasi muda agar memiliki akhlak dan karakter yang dapat diandalkan. Salah satu caranya, Pemprov mendorong adalah program tahfidz Quran bagi anak-anak Riau.
Pemprov juga mencanangkan program satu guru tahfidz untuk satu desa. Lalu menggelar lomba tahfidz Quran tingkat SMA/SMK untuk menambah jumlah penghafal Quran di Riau. Di beberapa kabupaten juga digalakkan program-program tahfidz Quran.
Tahun 2023, Riau juga menjadi salah satu provinsi yang jadi pilot project penerapan kurikulum operasional satuan pendidikan diversifikasi Gerakan Nasional Revolusi Mental Provinsi Riau. Kemudian, Riau juga mulai menerapkan kurikulum muatan lokal budaya melayu yang tujuannya sama. Mendorong siswa memiliki karakter yang baik, Pancasilais dan bangga pada budaya Melayu Riau
Baru-baru ini, Riau kembali menjadi pioner dengan menerapkan sistem pembelajaran berbasis Artificial Intelligence (AI). Kini, pembelajaran berbasis AI tersebut sudah mulai diterapkan di SMA dan SMK di Riau. Dengan menguasai AI, Pemprov Riau mendorong siswa memiliki kemampuan yang sejajar dengan siswa lain di negara maju.
Pada 3 November, Syamsuar resmi mengakhiri masa tugasnya sebagai Gubernur Riau. Namun, jelang masa tugas, Pemprov Riau telah melakukan banyak hal untuk dunia pendidikan. Semua tindakan itu menjadi ikhtiar Pemprov Riau melalui Dinas Pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa. (*)
What's Your Reaction?