Angka Stunting Turun, Sekretaris Utama BKKBN RI Puji Provinsi Riau
Capaian pelaksanaan program Bangga Kencana di Provinsi Riau pada tahun 2023 terbilang menggembirakan. Dimana, rata-rata capaian indikator kinerja program Bangga Kencana Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Riau sebesar 126,21 persen.
RIAUCERDAS.COM - Capaian pelaksanaan program Bangga Kencana di Provinsi Riau pada tahun 2023 terbilang menggembirakan. Dimana, rata-rata capaian indikator kinerja program Bangga Kencana Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Riau sebesar 126,21 persen.
Hal menggembirakan itu dilaporkan Kepala BKKBN Provinsi Riau, Mardalena Wati Yulia saat acara pembukaan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Bangga Kencana Provinsi Riau tahun 2024 dan Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting, Selasa (2/4/2024).
Kegiatan itu dihadiri oleh Sekretaris Utama BKKBN RI, Tavip Agus Rayanto, Pj Gubernur Riau, SF Hariyanto, Kepala Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting kabupaten/kota dan sejumlah pihak terkait.
Dijelaskan Mardalena, menggembirakannya capaian indikator kinerja program Bangga Kencana ini berkat komitmen yang luar biasa di bawah bimbingan dan arahan pemerintah daerah Provinsi Riau, Forkopimda.
Tak lupa juga berkat dukungan dan koordinasi seluruh mitra kerja BKKBN, PKB/PLKB, TPK dan seluruh kader di lapangan. "Alhamdulillah rata-rata capaian indikator kinerja program Bangga Kencana Perwakilan BKKBN Provinsi Riau sebesar 126,21 persen," paparnya.
Berkat capaian itu, Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) mendapat predikat istimewa. Kemudian, angka Total Fertility Rate (TFR), unmet need yang menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat diturunkan dari tahun ke tahun.
Penurunan juga terjadi pada angka prevalensi stunting. Dengan sisa waktu yang tersedia sesuai RPJMN 2020-2024, sinergitas dan kolaborasi yang makin optimal lagi pada tahun ini, dibarengi doa bersama, Mardalena yakin bisa memperoleh hasil optimal.
"Untuk itu pada hari ini kita melaksanakan kegiatan Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting dan Rakerda Program Bangga Kencana," ujarnya. Rakerda kali ini mengusung tema Optimalisasi Bonus Demografi dan Peningkatan Sumber Daya Manusia.
Mardalena menyampaikan, pertemuan ini sangat strategis dalam melakukan percepatan program Bangga Kencana. Dimana, tujuannya adalah memperkuat komitmen dan peran pemerintah daerah serta mitra kerja BKKBN Riau dalam meningkatkan akses dan kualitas pelayanan dan penggerakan program Bangga Kencana.
Selanjutnya, merumuskan dan memperkuat strategi pelaksanaan program Bangga Kencana dalam mendukung upaya percepatan penurunan stunting di provinsi Riau dan langkah optimalisasi peran serta OPD, instansi vertikal, mitra kerja, pihak swasta terkait dalam percepatan penurunan stunting melalui berbagai program yang telah ditetapkan.
Ditambahkan dia, ke depan pihaknya tidak hanya memperhatikan pada upaya penanganan anak stunting tapi juga pada yang berisiko. Karena, keberadaan keluarga yang berisiko ini yang berpotensi menambah angka stunting.
Langkah lainnya yaitu, penguatan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang fokus pada ibu hamil dan Baduta. Selama hamil, ibu akan dipantau dan didampingi. Sehingga kehamilannya dipastikan sehat dan tidak melahirkan anak stunting.
Sementara pada Baduta juga perlu diperhatikan. Karena anak yang usianya lebih dari dua tahun intervensinya tidak terlalu signifikan. Mardalena juga meminta ada penguatan TPPS di tingkat kecamatan hingga ke TPK.
Sementara, Sekretaris Utama BKKBN RI, Tavip Agus Rayanto berterimakasih karena Riau telah melaksanakan Rakerda. "Tentu ini berbeda dengan biasanya. Karena biasanya Rakerda diawali dengan Rakernas. Tapi kali ini, Rakernas dilakukan belakang karena menyesuaikan jadwal presiden," paparnya.
Dia juga mengapresiasi angka stunting di Riau turun 3,4 persen. Bahkan saat ini angka stunting di Riau berada di bawah 14 persen. Sementara, angka nasional turunnya hanya 0,1 yaitu di angka 21,5 persen. Beberapa provinsi juga justru mengalami kenaikan kasus stunting.
Dijelaskannya, angka stunting nasional ini memang berada di bawah angka stunting global yaitu 22,3 persen. Sementara, angka stunting di kawasan Asia Tenggara lebih tinggi lagi yaitu 30,1 persen.
"Indonesia memang tak buruk-buruk amat. Tapi presiden sudah berjanji angka stunting di bulan Oktober 2024 berada di angka 14 persen," ujar dia.
Pengurangan angka stunting yang minim secara nasional ini dipengaruhi terdapatnya 1.070.897 Baduta stunting baru. Sementara, 945.155 anak lebih dari usia 5 tahun keluar dari Kohort.
Dia menambahkan, di tahun 2024 ini, perlu menetapkan sasaran yang lebih fokus atau super prioritas pada ibu hamil dan ibu dengan Baduta. Tavip juga menegaskan perlu adanya aksi nyata yang lebih konvergen, holistik, integratif, dan berkualitas. Khususnya pada level keluarga.
Dia juga berharap, penanganan stunting tidak hanya fokus pada penanganan. Melainkan juga memperhatikan anak-anak berisiko stunting. Karena, jika tidak diperhatikan, justru anak yang berisiko inilah yang berpotensi menjadi stunting.
Sementara, Pj Gubernur Riau, SF Hariyanto menyampaikan terima kasih kepada Kepala Perwakilan BKKBN Riau, pihak swasta dan sejumlah pihak yang telah berjuang menurunkan angka stunting.
"Alhamdulillah dari laporan, stunting di Riau menurun ke angka 13,6 persen dari sebelumnya 17 persen," tuturnya. Dia berharap, ke depan lewat Rakerda tim yang terlibat semakin berupaya menurunkan angka stunting.
Target kita, tambah SF Hariyanto, angka stunting bisa diturunkan hingga satu digit. "Kalau bisa turun 3 persen hingga tinggal 9 persen," paparnya. (*)
What's Your Reaction?