Persiapan Indonesia Emas 2045, Presiden Jokowi Klaim Turunkan Kasus Stunting
Pemerintah juga menaikkan Indeks Pembangunan Manusia menjadi 72,9, dan meningkatkan Indeks Pemberdayaan Gender menjadi 76,5.
RIAUCERDAS.COM - Mempersiapkan sumber daya manusia menjadi strategi pertama yang dilakukan pemerintah untuk memanfaatkan kesempatan meraih Indonesia Emas 2045.
Bukti nyata dari persiapan ini, pemerintah telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,6 persen di tahun 2022 dari sebelumnya 37 persen di tahun 2014.
"Pemerintah juga menaikkan Indeks Pembangunan Manusia menjadi 72,9, dan meningkatkan Indeks Pemberdayaan Gender menjadi 76,5," ungkap Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti dilansir dari setkab.go.id.
Hal itu disampaikan Presiden saat pidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI di di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Penyampaian ini terkait upaya meraih Indonesia Emas Tahun 2045. Dimana, Presiden memaparkan, dengan bonus demografi dan kepercayaan internasional peluang besar mencapai Indonesia Emas itu sudah dimiliki Indonesia.
Strategi lainnya, pemerintah menyiapkan anggaran perlindungan sosial total kalau dijumlah semua dari 2015 sampai 2023 sebesar Rp3.212 triliun. Termasuk Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar (KIP), KIP Kuliah, dan PKH (Program Keluarga Harapan).
Anggaran itu juga dikucurkan untuk program Kartu Sembako, serta perlindungan kepada lansia, penyandang disabilitas, dan kelompok-kelompok rentan lainnya, serta reskilling dan upskilling tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja dan Program Kartu Prakerja.
Kedua, pemerintah juga terus menggencarkan kebijakan hilirisasi industri yang tidak hanya dapat meningkatkan penciptaan lapangan kerja yang menghasilkan produktivitas nasional tetapi juga memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya.
“Di sinilah peran sektor ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window of opportunity kita untuk meraih kemajuan, karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam, termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan,” ujarnya.
Hilirisasi yang ingin dilakukan Indonesia, kata Presiden, adalah hilirisasi yang melakukan transfer teknologi, manfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisasi dampak lingkungan.
Hilirisasi tersebut juga harus mengoptimalkan kandungan lokal, bermitra dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), petani, dan nelayan, sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil.
Presiden menambahkan, hilirisasi tak hanya dilakukan pada komoditas mineral tetapi juga nonmineral seperti sawit, rumput laut, kelapa, dan komoditas potensial lainnya.
“Upaya ini sedang kita lakukan dan harus terus dilanjutkan. Ini memang pahit bagi para pengekspor bahan mentah. Ini juga mungkin pahit bagi pendapatan negara dalam jangka pendek. Tapi jika ekosistem besarnya sudah terbentuk, jika pabrik pengolahannya sudah beroperasi, saya pastikan ini akan berbuah manis pada akhirnya, terutama bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” kata Presiden.
Presiden mencontohkan, sejak pemerintah memberlakukan kebijakan penghentian ekspor bijih nikel pada 2020 investasi hilirisasi nikel tumbuh pesat. Bahkan saat ini terdapat 43 pabrik pengolahan nikel yang akan membuka peluang kerja yang sangat besar.
Presiden pun meyakini jika hilirisasi konsisten dilakukan di berbagai komoditas maka pendapatan per kapita Indonesia yang mencapai Rp71 juta di tahun 2022 akan melompat signifikan hingga dua kali lipat dalam 10 tahun mendatang.
“Ini baru satu komoditas dan jika kita konsisten dan mampu melakukan hilirisasi untuk nikel, kemudian tembaga, kemudian bauksit, kemudian CPO, dan rumput laut, dan yang lain-lainnya," tuutr Jokowi.
Berdasar hitung-hitungan perkiraan, dalam 10 tahun mendatang pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai Rp153 juta (10.944 Dolar AS).
Dalam 15 tahun, pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai Rp217 juta atau 15.860 Dolar AS). Dalam 22 tahun, pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai Rp331 juta (25.025 Dolar AS). (*)
What's Your Reaction?