Fasilitator Jadi Kunci Transformasi Digital di Sekolah, Kemendikdasmen Gelar Bimtek Koding dan Kecerdasan Artifisial Serentak
Bimtek ini merupakan bagian dari program nasional Kemendikdasmen melalui Direktorat Guru Pendidikan Dasar (Dit. Guru Dikdas), Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (Ditjen GTKPG), untuk memperkuat kapasitas pengajar bidang teknologi digital. Sejak pertama kali diluncurkan pada April 2025, pelatihan telah menjangkau lebih dari 1.325 calon pengajar, dengan proyeksi total peserta mencapai 2.707 orang pada Batch 5 ini.

RIAUCERDAS.COM, JAKARTA – Para calon fasilitator pelatihan digital kini memegang peran strategis dalam mewujudkan transformasi pendidikan nasional berbasis teknologi. Melalui program Bimbingan Teknik (Bimtek) Koding dan Kecerdasan Artifisial (KA) yang digelar serentak oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) di Jakarta dan Makassar untuk Batch 5, para peserta dipersiapkan menjadi agen perubahan dalam pembelajaran digital di lebih dari 59.000 sekolah penerima Dana BOS Kinerja tahun 2025.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menekankan bahwa fasilitator bukan hanya penyampai materi, tetapi juga pemancar nilai dan etika dalam penggunaan teknologi. “Mereka harus memahami substansi materi, nilai-nilai etika, dan metode transfer pengetahuan. Pemahaman yang keliru akan berdampak serius terhadap pembelajaran,” ujarnya saat membuka kegiatan di Jakarta (31/5).
Bimtek ini merupakan bagian dari program nasional Kemendikdasmen melalui Direktorat Guru Pendidikan Dasar (Dit. Guru Dikdas), Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (Ditjen GTKPG), untuk memperkuat kapasitas pengajar bidang teknologi digital. Sejak pertama kali diluncurkan pada April 2025, pelatihan telah menjangkau lebih dari 1.325 calon pengajar, dengan proyeksi total peserta mencapai 2.707 orang pada Batch 5 ini.
ToT (Training of Trainer) di Jakarta diikuti peserta dari wilayah Sumatra dan sekitarnya, sementara ToT di Makassar melibatkan guru dari Papua, Maluku, Sulawesi, dan wilayah Indonesia Timur. Seluruh peserta mendapatkan pembekalan materi literasi digital, algoritma, pemrograman, serta etika penggunaan teknologi, dengan metode kombinasi teori, praktik langsung, dan pemanfaatan LMS (Learning Management System) Ruang GTK.
Menteri Abdul Mu’ti menegaskan bahwa penguasaan teknologi harus dibarengi dengan penguatan etika dan nilai kemanusiaan. “Teknologi dalam penggunaannya harus tetap berlandaskan pada tata nilai dan peradaban,” katanya. Ia juga menekankan pentingnya membangun ekosistem pembelajaran digital yang berkelanjutan dan relevan dengan kehidupan nyata.
Direktur Jenderal GTKPG, Nunuk Suryani, dalam laporannya menyebutkan bahwa Bimtek ini tidak hanya meningkatkan kemampuan teknis, tetapi juga membekali peserta dengan metodologi pengajaran yang interaktif serta penguatan karakter pendidik yang adaptif dan profesional. “Bimtek ini bukan hanya pelatihan, tetapi juga penguatan nilai-nilai pendidikan,” ujarnya.
Dengan semangat transformasi dan inovasi, Kemendikdasmen menegaskan komitmennya untuk menciptakan sistem pendidikan yang adaptif, inklusif, dan berkualitas. Evaluasi ketat diterapkan agar hanya lulusan yang benar-benar kompeten dapat menjadi fasilitator di lapangan.
“Pembelajaran koding dan KA ini bukan sekadar mata pelajaran tambahan, tetapi pendekatan berpikir yang melatih logika dan berpikir kritis—kompetensi yang dibutuhkan generasi masa depan,” pungkas Menteri Abdul Mu’ti. Ia mengajak semua pihak untuk menjadikan momentum ini sebagai langkah strategis dalam memajukan pendidikan nasional. (*)
What's Your Reaction?






