Prevalensi Stunting di Kampar Turun, Kepala BKKBN Riau: Jangan Lengah
Turunnya prevalensi stunting di Kampar tersebut berdasarkan pada data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022. Dengan angka saat ini, maka Kampar hanya perlu menurunkan 0,5 persen untuk dapat mencapai target yang ditetapkan presiden. Yakni 14 persen di tahun 2024.
RIAUCERDAS.COM - Prevalensi stunting di Kampar berhasil turun dari 25,7 persen menjadi 14,5 persen. Meskipun demikian, pihak terkait tidak boleh lengah. Apalagi lonjakan angka stunting di sejumlah daerah di Riau masih terjadi.
"Dengan angka stunting yang sudah turun, tentunya kita tidak boleh lengah. Mengingat masih terjadi lonjakan angka stunting di beberapa daerah di Riau," jelas Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau, Dra. Mardalena Wati Yulia, M.Si.
Hal itu disampaikan Mardalena saat memberikan arahan sekaligus membuka kegiatan Internalisasi Pengasuhan Balita dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting kepada Masyarakat yang dilaksanakan di Aula Kantor Lurah Bangkinang, Kabupaten Kampar pada Rabu (1/3/2023).
Turunnya prevalensi stunting di Kampar tersebut berdasarkan pada data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022. Dengan angka saat ini, maka Kampar hanya perlu menurunkan 0,5 persen untuk dapat mencapai target yang ditetapkan presiden. Yakni 14 persen di tahun 2024.
Mardalena menambahkan, pencegahan stunting ini tentunya tidak bisa hanya dilakukan oleh BKKBN atau Dinas PPKBP3A saja. Melainkan dibutuhkan peranan dan sinergi dari semua pihak.
BACA JUGA: Berhasil Turunkan Unmet Need, Kepala BKKBN Riau Jadi Narasumber Penyusunan Rencana Kerja FP2030
"Salah satu sinergi yang sudah dibangun adalah dengan penandatanganan MoU dengan KUA dan Kemenag untuk melakukan screening pada calon pengantin yang akan menikah sebagai upaya pencegahan stunting dari hulu," kata dia.
Sementara, Kepala Dinas PPKBP3A, Drs. H. Edi Afrizal, M. Si. mengatakan pihaknya telah berupaya melakukan pencegahan stunting melalui pembentukan Tim Pendamping Keluarga dan Tim Percepatan Penurunan Stunting hingga ke Tingkat Desa.
"Saat ini kita memiliki 447 TPK yang terdiri dari Kader KB, Kader PKK dan Bidan Desa. Kader kita inilah yang nantinya akan mendampingi 4 sasaran pencegahan stunting, mulai dari calon pengantin, Ibu hamil, Ibu Pasca Salin, hingga ibu yang memiliki bayi dua tahun," ucapnya.
Selain calon pengantin, 1000 Hari Pertama Kehidupan juga menjadi perhatian serius dalam upaya pencegahan stunting. 1000 HPK ini dimulai sejak saat ibu dinyatakan hamil sampai dengan anak berusia dua tahun.
Masa ini disebut juga dengan masa emas. Karena 80 persen perkembangan otak terjadi di 1000 HPK. Setelah itu memang masih bisa terjadi penambahan, namun hasilnya tentu tidak akan maksimal.
Oleh karena itu pada hari ini peserta yang dihadirkan merupakan Ibu hamil, ibu yang memiliki baduta dan ibu pasca salin.
Harapannya pertemuan ini bisa menambah bekal dan pemahaman peserta terkait pentingnya 1000 HPK mulai dari pemenuhan gizi hingga bagaimana pola pengasuhan yang baik. Sehingga nantinya akan lahir anak sehat bebas stunting dan cita cita Indonesia Emas 2045 dapat diraih.
Lurah Bangkinang, Suprapto, SE yang hadir berharap peserta kegiatan bisa mengikuti kegiatan dengan seksama, sehingga ilmu yang didapatkan bisa dibagikan kepada masyarakat lain yang mungkin belum berkesempatan hadir pada kegiatan ini.
"harapannya melalui pertemuan ini yang tidak tahu menjadi tahu, yang tahu menjadi mengerti dan yang mengerti bisa memahami dan menjelaskannya kepada masyarakat yang lain" ujarnya.
Sementara, Rismadani, S.Gz dari PERSAGI Kabupaten Kampar selaku narasumber menjelaskan bahwa perlu adanya optimalisasi 1000 HPK. Selanjutnya, ada juga narasumber lain Ns. Erwina Rinding, S.Kep yang menjelaskan mengenai Kartu Kembang Anak atau KKA. (rls)
What's Your Reaction?