Presiden Prabowo Terima Laporan Dampak Banjir di Sumatra, Ribuan Sekolah Terdampak dan Kurikulum Darurat Disiapkan
Presiden Prabowo Subianto menerima laporan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti terkait dampak banjir di Sumatra terhadap sektor pendidikan. Pemerintah mencatat ribuan sekolah terdampak, menyalurkan bantuan darurat, serta menyiapkan penyesuaian kurikulum untuk menjamin keberlanjutan pembelajaran.
RINGKASAN BERITA:
- Sebanyak 3.274 satuan pendidikan di Sumatra terdampak banjir, dengan ribuan ruang kelas dan sarana prasarana mengalami kerusakan.
- Pemerintah menyalurkan bantuan barang dan anggaran puluhan miliar rupiah, termasuk untuk guru di daerah terdampak bencana.
- Kurikulum darurat dan adaptif disiapkan, mulai dari fase tanggap darurat hingga pemulihan jangka panjang.
RIAUCERDAS.COM, JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menerima laporan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti terkait penanganan dampak bencana banjir terhadap sektor pendidikan dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/12/2025) kemarin.
Laporan tersebut memuat kondisi sekolah-sekolah terdampak banjir di wilayah Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh, serta langkah-langkah penanganan yang telah dan sedang dilakukan pemerintah.
Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa hingga saat ini terdapat 3.274 satuan pendidikan yang terdampak banjir. Rinciannya meliputi:
- 767 PAUD
- 1.343 SD
- 621 SMP
- 268 SMA
- 136 SMK
- 23 PKBM
- 30 Sekolah Luar Biasa
- 86 Lembaga Kursus dan Pelatihan
Namun demikian, tingkat kerusakan masing-masing sekolah masih dalam proses pendataan. “Belum seluruhnya dapat kami petakan tingkat kerusakannya karena masih dalam proses pendataan, Bapak Presiden,” ujar Abdul Mu’ti.
Selain itu, pemerintah mencatat 6.431 ruang kelas mengalami kerusakan, serta 3.489 unit sarana prasarana pendidikan seperti laboratorium, perpustakaan, UKS, tempat ibadah, hingga perangkat interactive flat panel yang sebelumnya telah disalurkan ke sekolah.
Kerusakan juga terjadi pada fasilitas sanitasi, dengan jumlah toilet terdampak mencapai 3.420 unit.
Sebagai langkah penanganan awal, Kemendikdasmen telah menyalurkan berbagai bantuan dalam bentuk barang, antara lain 148 unit tenda ruang kelas darurat, 15.000 school kit, 7.500 bingkisan anak, 2.000 pasang sepatu, 700 family kit, serta 65.000 eksemplar buku teks dan nonteks.
Pemerintah juga mengalokasikan bantuan keuangan sebesar Rp21,1 miliar dari anggaran existing, ditambah Rp18,53 miliar dari anggaran revisi. Selain itu, disiapkan tunjangan khusus guru di daerah bencana sebesar Rp35 miliar.
Tercatat sekitar 16.500 guru menerima bantuan dengan nilai Rp2 juta per orang, yang saat ini masih dalam proses revisi anggaran tahun 2025.
Dalam aspek kebijakan pembelajaran, Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan skenario penyesuaian kurikulum khusus penanggulangan bencana. Yaitu:
1. Pada fase tanggap darurat 0–3 bulan, kurikulum disederhanakan dan difokuskan pada kompetensi esensial seperti literasi dan numerasi dasar, kesehatan dan keselamatan diri, dukungan psikososial, serta edukasi mitigasi bencana.
2. Pada fase pemulihan dini 3–12 bulan, diterapkan kurikulum adaptif berbasis krisis, program pemulihan pembelajaran, pembelajaran fleksibel dan terdiferensiasi, serta sistem asesmen transisi.
3. Pada pemulihan lanjutan 1–3 tahun, pemerintah menyiapkan integrasi permanen pendidikan kebencanaan, penguatan kualitas pembelajaran, pembelajaran inklusif berbasis ketahanan, serta sistem monitoring dan evaluasi pendidikan darurat.
Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu memastikan hak pendidikan peserta didik tetap terpenuhi meskipun berada dalam situasi bencana, sekaligus memperkuat ketahanan sistem pendidikan nasional ke depan. (*)