Kunjungan Presiden Dewan SEAMEO 2025 Dorong Transformasi Pendidikan Asia Tenggara
SEAQIM menjelaskan capaian penting dalam dua tahun terakhir. Di antaranya 1.934 peserta yang terlibat dalam kursus, seminar, dan simposium, serta 307 kolaborasi dengan lembaga pendidikan, universitas, dan pusat SEAMEO lainnya di Asia Tenggara.
RIAUCERDAS.COM, JAKARTA - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan komitmen Indonesia dalam memperkuat transformasi pendidikan di Asia Tenggara melalui rangkaian kunjungan resmi Presiden Dewan Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) periode 2025–2027, Romaizah Binti Muhammad Saleh.
Kunjungan yang berlangsung pada 2–5 Desember 2025 ini mencakup peninjauan pusat-pusat unggulan SEAMEO di Indonesia serta audiensi dengan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat. Agenda strategis ini menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi regional di bidang pendidikan.
Wamen Atip menegaskan bahwa kolaborasi antara Indonesia dan SEAMEO merupakan fondasi penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kawasan. Ia menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen memastikan seluruh pusat unggulan SEAMEO yang berada di tanah air memberikan dampak nyata bagi guru dan peserta didik di Asia Tenggara.
Menurutnya, kemitraan regional menjadi kunci untuk mempercepat inovasi di bidang sains, matematika, teknologi, dan pendidikan masa depan.
Rangkaian agenda dibuka dengan peninjauan pusat unggulan SEAMEO di Bandung pada 2–4 Desember 2025. Kegiatan ini kemudian diakhiri dengan pembahasan kerja sama di Kantor Kemendikdasmen Jakarta pada 5 Desember 2025.
Dalam pertemuan tersebut, dilakukan penyelarasan berbagai inisiatif pusat SEAMEO dengan program prioritas Kemendikdasmen, mulai dari penguatan numerasi, STEM, koding, kecerdasan buatan, hingga peningkatan kapasitas dan profesionalisme guru.
Dalam kunjungan ke SEAMEO QITEP in Science (SEAQIS) di Bandung, Romaizah Binti Muhammad Saleh menerima paparan mengenai pengembangan mutu pendidikan sains melalui pelatihan, riset, sumber belajar, dan jejaring kemitraan.
SEAQIS menempatkan peningkatan kompetensi guru sebagai pusat transformasi dengan mendorong pembelajaran berbasis STEM, konteks lokal, serta pemanfaatan teknologi seperti koding dan kecerdasan buatan untuk memperkaya proses belajar.
Salah satu program yang mendapatkan sorotan adalah Southeast Asia Climate Change Education Programme (SEACEP), yang telah membantu mewujudkan 61 sekolah tangguh iklim di enam negara Asia Tenggara. Program ini mengintegrasikan pendidikan perubahan iklim sebagai gerakan pembelajaran yang menumbuhkan kesadaran, aksi lingkungan, serta ketangguhan sekolah.
Lebih dari 17.500 guru dari berbagai negara telah mengikuti pelatihan regional SEACEP, termasuk peserta dari Brunei Darussalam yang mencatat prestasi di Ki Hajar Dewantara Award dan kompetisi SEAMEO. Romaizah turut meninjau science learning kit, video eksperimen, dan animasi sains yang saat ini digunakan sebagai rujukan pembelajaran di kawasan.
Pada kesempatan lain, SEAMEO QITEP in Mathematics (SEAQIM) memaparkan kontribusi mereka dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dengan filosofi “Learning Mathematics Joyfully and Meaningfully.”
Konsep ini mengajak guru menghadirkan pembelajaran yang kreatif, relevan, dan berorientasi pada pemecahan masalah tingkat tinggi agar matematika terasa lebih dekat dengan kehidupan siswa.
SEAQIM juga menjelaskan capaian penting dalam dua tahun terakhir, di antaranya 1.934 peserta yang terlibat dalam kursus, seminar, dan simposium, serta 307 kolaborasi dengan lembaga pendidikan, universitas, dan pusat SEAMEO lainnya di Asia Tenggara.
Berbagai program unggulan seperti Math in Space bersama LAPAN, lesson study dengan University of Tsukuba, dan STEM Village yang menghubungkan kreativitas matematika dengan budaya lokal menjadi bagian dari transformasi pembelajaran yang mereka dorong.
Selain itu, SEAQIM menyoroti kerja sama pelatihan luar negeri dengan Kementerian Pendidikan Brunei Darussalam, termasuk program penguatan computational thinking melalui aktivitas kreatif seperti coloring book. Inisiatif ini membuktikan bahwa penguatan literasi teknologi dan logika dapat dilakukan dengan pendekatan menyenangkan yang mudah diterapkan guru di kelas.
Rangkaian kunjungan Presiden Dewan SEAMEO di Bandung dan audiensi bersama Kemendikdasmen di Jakarta menegaskan keselarasan visi antara Indonesia dan SEAMEO dalam membangun ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Keduanya sama-sama menekankan pentingnya kolaborasi riset, penguatan kapasitas guru, pengembangan PAUD, serta peningkatan literasi dan numerasi dalam mendorong kualitas pembelajaran.
Melalui kerja sama regional yang berkelanjutan, Indonesia terus memperkuat kontribusinya dalam membangun masa depan pendidikan Asia Tenggara yang lebih maju, kompetitif, dan berdaya saing global.
Upaya ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam memastikan seluruh peserta didik di kawasan memperoleh akses terhadap pembelajaran berkualitas di tengah perubahan dunia yang semakin cepat. (rls)