Curhat Nelayan Sungai Kampar: Aktivitas Galian C Bikin Sulit Cari Ikan
Ekspedisi Susur Sungai Kampar 2 dari Mapala Humendala telah memasuki hari kedua. Sejauh ini, tim sudah memeriksa kondisi air sungai. Di samping itu, mereka juga mewawancarai sejumlah nelayan yang mereka temui di perjalanan. Ini adalah tulisan kedua penulis riaucerdas.com yang turut serta dalam ekspedisi.
RIAUCERDAS.COM - Cuaca cukup mendukung ketika Tim Ekspedisi Susur Sungai Kampar 2 Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Humendala bertolak dari Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar. Dua perahu karet yang dinaiki tim bergerak perlahan ke arah wilayah Pelalawan.
Sebelumnya, tim ini dilepas oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Maamun Murod yang hadir mewakili gubernur Riau. Usai acara pelepasan, tim kemudian dibagi dua. Tim darat dan tim susur sungai. Mereka terdiri dari anggota Mapala 6 orang , Basarnas 3 orang dan sisanya merupakan operator perahu dan dua orang untuk dokumentasi serta jurnalis.
BACA JUGA: Susur Sungai Kampar 2, Mapala Humendala Jelajahi Buluh Cina Kampar sampai Teluk Meranti Pelalawan
Tim susur sungai yang bertugas melakukan observasi ada 10 orang. Enam orang ada di perahu pertama dan empat orang lagi di perahu kedua. Aktivitas tim susur sungai didukung oleh tim darat yang berjumlah 12 orang. Tim darat menyediakan dukungan peralatan maupun logistik yang dibutuhkan.
Setelah perahu bergerak di atas air sekitar 45 menit, salah satu perahu kerap tertinggal. Pasalnya, kapasitas mesin yang hanya 9,8 PK tak bisa mengimbangi perahu lainnya yang kapasitas mesinnya 30 PK.
Melihat kendala tersebut, anggota Basarnas menelepon kantor mereka agar mengirimkan mesin pengganti. Disepakati, penggantian mesin akan dilakukan di Desa Pangkalan Baru Kabupaten Kampar.
Dengan gerak pelan, tim kemudian menuju Desa Pangkalan Baru. Sampai di desa itu pukul 11:35 WIB. Satu setengah jam menunggu, mesin pengganti tiba. Kali ini dengan kapasitas 15 PK.
Tanpa komando, anggota Basarnas dibantu tim lainnya langsung memasang mesin baru ke perahu. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 12:24 WIB, tim memutuskan istirahat dan makan siang. Kemudian, tim kembali mengarungi sungai pada pukul 13: 14 WIB.
Di desa Buluh Cina, Pangkalan Baru, dan Pangkalan Serik, tim sebelumnya sudah mulai memeriksa mutu air sungai. Ada lima parameter yang ingin diketahui lewat pengecekan air sungai itu. Selain PH ( keasaman air), tim juga ingin melihat kondisi TDS ( zat padat terlarut), EC ( konduktivitas terhadap listrik), salt ( garam), dan term ( suhu).
Menurut anggota tim ekspedisi, Zafran, dari tiga titik pengambilan sampel yang mereka lakukan, PH air rata-rata di angka 6,5 - 6,6. Ini menunjukkan PH air sungai itu masuk kategori wajar.
Sementara, angka TDS masih dalam rentang 13-61 ppm dan masih bisa dikatakan baik. EC di sekitaran 27-32 US/Cm. Adapun salt di angka 0 persen dan term sendiri mengikuti cuaca di sungai di angka 28°c - 30°c.
Memasuki hari kedua, Selasa (29/11/2022), tim sudah sampai dan singgah di Desa Langgam kabupaten Pelalawan. Sembari menyusuri sungai, tim memantau aktivitas satu dua nelayan yang mereka jumpai.
Tim juga beberapa kali singgah untuk mewawancarai sejumlah nelayan yang ditemui di sungai. Wawancara itu dilakukan untuk mendengar langsung apa yang menjadi kendala para nelayan dalam menangkap ikan.
Menurut Aprizal, nelayan asal Desa Buluh Cina menilaisungai Kampar sudah tercemar dari hulu. Buktinya, sekarang jumlah tangkapan ikan nelayan jauh menurun dibanding 10 tahun lalu.
Aprizal mengakui, kondisi ini mungkin saja disebabkan oleh aktivitas masyarakat di sekitarnya. "Mungkin kita sendiri mencemari sungai dengan membuang limbah rumah tangga," tuturnya kepada tim.
Selain itu, Aprizal juga tak menutup kemungkinan adanya limbah perusahaan yang masuk ke air dari hulu sana. Belum lagi aktivitas penambangan galian C yang membuat kondisi air menjadi keruh.
Karena itu, Aprizal berharap pemerintah memperhatikan persoalan sungai Kampar ini. Bisa dengan mengedukasi masyarakat agar tidak mencemari sungai. Di samping itu, memberikan sanksi tegas kepada perusahaan yang membuang limbahnya ke sungai.
Usai mewawancarai Aprizal, tim berpamitan melanjutkan perjalanan lebih jauh ke hilir. Di tengah perjalanan, tim ekspedisi berjumpa Haryanto, nelayan dari Desa Pangkalan Serik, Kampar.
Dinaungi langit yang mendung, tim juga mewawancarai Haryanto. Kepada tim, Haryanto sempat mencurahkan isi hatinya. "Dua bulan lalu kami nelayan kondisinya sangat menyedihkan. Kami susah mencari ikan karena ada para penambang galian C menggunakan dinamit,' tuturnya.
Selain itu, Haryanto juga menceritakan masih adanya nelayan yang nakal. Menangkap ikan menggunakan racun dan setrum listik.
"Yang kami harapkan pemerintah desa setidaknya tegas dalam menyikapi permasalahan kami sebagai nelayan kecil yang menggantungkan hidup dari sungai," ucapnya lirih.
Setelah melakukan wawancara dengan beberapa warga, waktu menunjukkan pukul 14:30 WIB. Tim kemudian bergerak menuju Desa Langgam untuk beristirahat dan mendiskusikan hasil kegiatan hari kedua.
Namanya alam, langit yang mendung semakin gelap. Angin berhembus kencang. Tak lama, titik air hujan turun menguyur tim yang masih di atas perahu. Sebagian anggota tim buru-buru menggunakan jas hujan untuk melindungi tubuh dari terpaan hujan deras.
Sekitar 15 menit kemudian, tim ekspedisi sudah tiba di Desa Langgam. Anggota tim memilih berteduh di bawah jembatan yang mengangkangi sungai di itu.
Beruntung, lebih kurang 40 menit kemudian, hujan reda. Tim ekspedisi bergerak menuju Danau Tajwid yang merupakan kawasan wisata air di Desa Langgam. Di pinggir danau nan indah itu, tim darat menyambut dengan makanan ringan dan seduhan kopi yang aromanya menggugah selera. Maklum, waktu seusai hujan ini memang menggoda untuk menyeruput kopi he-he-he.
Setelah istirahat sejenak, tim darat dan tim susur sungai mendirikan tenda untuk istirahat malam. Sembari menunggu maghrib, seluruh tim ekspedisi membersihkan sampah yang berserakan di sekitar Danau Tajwid.
Ketika matahari sembunyi di balik belahan bumi lainnya, tim "merapat'. Apa yang diperoleh di hari kedua diulas kembali.
Malam semakin larut. Bebunyian hewan malam dan hembusan angin seperti nyanyian nina bobo. Satu persatu dari kami mulai merebahkan badan. Persiapkan tubuh untuk ekspedisi hari ketiga. (mid)
What's Your Reaction?