Penelitian BRIN: Akses Pendidikan Masih Jadi Masalah Utama

Permasalahan akses pendidikan dasar tidak sekadar perbandingan jumlah satuan pendidikan dengan jumlah muridnya. Akan tetapi juga terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat dan aspek sosial kultural seperti; ketidakmampuan orang tua dalam menyediakan kebutuhan dasar bagi siswa baru. 

Aug 13, 2023 - 18:01
 0
Penelitian BRIN: Akses Pendidikan Masih Jadi Masalah Utama
Ilustrasi anak sekolah. (Sumber; Kemdikbud.go.id)

RIAUCERDAS.COM - Selain mutu pendidikan, akses pendidikan ternyata masih menjadi masalah utama di sejumlah daerah. Bahkan, kemampuan anak mengakses pendidikan dasar di sejumlah daerah kurang terpenuhi.


Hal ini tergambar dari hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Tanoto Fondation di lima daerah. Yaitu Provinsi Jawa Timur Jatim), Kabupaten Tegal, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jombang dan Kota Mojokerto.


Di Jatim misalnya, berdasarkan perhitungan laju pertumbuhan didapatkan Prov Jatim sebesar 0.009. Artinya dalam kurun waktu 6 tahun terakhir dari 1000 anak usia sekolah terjadi penambahan harapan lama sekolah hanya sebanyak 9 anak.


"Ini menggambarkan bahwa akses pendidikan masih rendah," terang Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Pemerintahan Dalam Negeri BRIN, Evi Maya Savira seperti dilansir dari brin.go.id.


Demikian juga di empat Kabupaten/Kota yang lainnya, yaitu Kabupaten Banyuwangi sebesar 0.012, Kabupaten Jombang 0.011, Kota Mojokerto 0.008, dan Kabupaten Tegal sebesar 0.012.


Hasil penelitian ini dipaparkan Evi saat acara Seminar Nasional: Inovasi Kepemimpinan Perempuan di Sektor Pendidikan, di Auditorium Gd BJ Habibie, Jakarta, Selasa (8/8/2023) lalu.


Untuk itu, perlu adanya koordinasi dan kolaborasi antar stakeholders, dalam menyusun strategi kebijakan mengentaskan masalah akses pendidikan agar tepat sasaran.


Evi mengatakan, permasalahan akses pendidikan dasar tidak sekadar perbandingan jumlah satuan pendidikan dengan jumlah muridnya. Akan tetapi juga terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat dan aspek sosial kultural seperti; ketidakmampuan orang tua dalam menyediakan kebutuhan dasar bagi siswa baru. 


"Inilah alasan kenapa Bupati Jombang dan Walikota Mojokerto menetapkan inovasi tentang pengadaan seragam dan peralatan sekolah. karena memang walaupun sekolah digratiskan kebutuhan dasar sekolah banyak yang tidak mampu dipenuhi oleh orang tua murid karena biaya yang mahal," ulasnya.


Lebih jauh, Evi menyebutkan dari hasil penelitian ini disebutkan bahwa perlu adanya reformulasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). 


Hal ini mengingat penerapannya di daerah banyak yang tidak sesuai kebutuhan nyata penerima manfaat. Hal ini pula yang sudah dingatkan oleh World Bank dari hasil riset mereka. 


"Banyak inovasi pendidikan yang sudah dilakukan oleh kepala daerah itu yang memakai anggaran BOS dan BOSDA. Namun demikian, dari beberapa inovasi terlihat bahwa tidak semua inovasi ini dapat menggunakan dana BOS dan BOSDA," katanya.


Kondisi ini dikarenakan formula BOS dan BOSDA menghitung per siswa tidak memperhitungkan perbedaan biaya kelompok sasaran. Maka perlu adanya reformulasi BOS dan BOSDA agar lebih tepat sesuai kebutuhan. 


Evi juga mendorong dari hasil riset tersebut, agar inovasi kepemimpinan di daerah itu tetap berkesinambungan, maka harus dibentuk dalam ekosistem inovasi supaya siapapun kepala daerahnya tetap bisa berkelanjutan. 


Menurutnya, inovasi Kepemimpian perempuan di sektor pendidikan tidak saja menjawab permasalahan pendidikan tetapi juga memberikan nilai tambah dalam meningkatkan mutu pendidikan.


Rekomendasi selanjutnya yaitu, antara indikator dalam SPM Pendidikan, rapor pendidikan perlu disandingkan dan diharmonisasikan agar data yang digunakan dapat saling dipertukarkan dan disederhanakan sehingga tidak terlalu banyak pelaporan.


Dia menjelaskan, kelima daerah tersebut memiliki program-program inovasi untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan. Seperti muatan lokal diniyah dan keagamaan, untuk mengantisipasi partisipasi rendah di sekolah umum/negeri.


Lalu, ada juga program pemberian seragam sekolah dan jemputan sekolah, pemberian uang saku dan uang transport sekolah, pemberian beasiswa keluarga tidak mampu, pemberian beasiswa berprestasi baik akademik maupun non akademik, penerimaan siswa jalur khusus bagi penghafal Quran.


Ada juga program yuh sekolah maning, sister school sekolah umum dengan SLB, Siswa asuh sebaya (SAS), Program Garda Ampuh (Gerakan angkat anak muda putus sekolah), Smart Better dan Sahabat Dikmas sebagai tindak lanjut dari program Gempita Perpus, dan lainnya. (*)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Hendra Moderator, penulis