Dilantik Jadi Ketua IKA UPI Riau-Kepri, Helmi: Pendidikan Itu Investasi Penting
Pengurus Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Riau-Kepri dilantik. Pelantikan itu disertai dengan seminar yang mengangkat topik tentang transformasi pendidikan menuju era society 5.0.
HELMI D dilantik sebagai Ketua Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) Komisariat Riau-Kepulauan Riau masa bakti 2021-2024, Sabtu (22/1/2022). Pelantikan dilakukan oleh Ketua Umum IKA UPI, Drs Enggartiasto Lukita yang hadir secara virtual.
Ketua Panitia Pelaksana, Pahmijan, MPd mengatakan, IKA UPI merupakan wadah alumni mulai dari jenjang S1 sampai kedoktoran. Melalui forum ini, alumni berkumpul untuk berkontribusi membangun Indonesia dengan meningkatkan sumber daya Indonesia. Termasuk di Riau.
Pahmijan menyebut, sudah 10 tahun IKA UPI di Riau vakum. Dulunya sudah pernah hadir sejak tahun 90-an. Bahkan alumni di Riau dan Kepri sudah banyak berkiprah di berbagai bidang. Sebanyak 70 persen di antaranya berprofesi sebagai pendidik, 20 persen di pemerintahan dan 10 persen berwirausaha.
Sementara, Helmi D MPd usai dilantik mengajak semua alumni UPI berkolaborasi dan bersinergi untuk menjadi hebat. "Pelantikan ini menjadi awal pengabdian kita di dunia pendidikan Riau dan Kepri," tuturnya.
Menurutnya, IKA UPI Riau-Kepri ini merupakan yang ketiga di Indonesia dan pertama di pulau Sumatera. Anggotanya selama ini merupakan orang-orang yang ada di garda terdepan dalam dunia pendidikan di Riau dan Kepri.
UPI tambahnya, sudah membuat konsep pendidikan untuk perbaikan kehidupan bangsa. Pertanyaannya, apakah kehidupan bangsa sudah baik? "Coba lihat, saat pembelajaran tatap muka di mulai, sudah terlihat tawuran di sejumlah wilayah. Belum lagi kasus narkoba yang kini makin memprihatinkan," kata dia.
Ternyata, tambah Helmi, ilmu dan skill yang diberikan oleh pendidik tidak merubah sikap peserta didik. Walaupun hal ini dianggap Helmi masih berupa kesimpulan awal. Karena itu, dia berharap, UPI menjadi bengkel peradaban.
Helmi juga ingin menonjolkan perspektif bahwa pendidikan adalah investasi. Bahkan, investasi yang jauh lebih penting daripada bidang fisik. Meskipun hasilnya baru bisa dilihat di masa mendatang. Bentuknya ada dua, tambahnya, public invesment dan privat invesment.
Kedua investasi di bidang pendidikan ini menurut dia sebenarnya telah dimulai di Provinsi Riau. Misalnya, dengan menerapkan wajib belajar 12 tahun. Kemudian, ada juga program beasiswa, pendidikan gratis dan sebagainya. Namun, perlu tetap dikuatkan pandangan bahwa bicara tentang pendidikan juga tak terlepas dari investasi.
Masalah ini pulalah yang akan dibahas dalam seminar yang mengangkat topik transformasi pendidikan menuju era society 5.0 yang digelar usai pelantikan. Dimana, seminar ini menghadirkan guru besar UPI, Prof Dr Dinn Wahyudin MA.
Seminar ini diharap bisa dielaborasi dalam hal-hal yang bersifat praktis. Misalnya, bagaimana menyusun kurikulum dan pengembangan peserta didik. Helmi berharap hasil seminar bisa menjadi bekal para pendidik dan alumni dalam mengembangkan daerahnya.
IKA UPI, tambahnya, ingin berkontribusi secara konstruktif terhadap pendidikan di Riau dan Kepri. Apalagi pendidikan secara praktis mengalami tantangan luar biasa. Karena pandemi mengamputasi pembelajaran tatap muka. Untuk itu, guru harus mampu berkreativitas. Bergerak sesuai arus zaman.
Helmi tak menampik, ada juga dampak negatif pembelajaran jarak jauh akibat dari pandemi itu. Misalnya, disparitas orangtua siswa dari segi latar belakang pendidikan, ekonomi, kepemilikan alat belajar dan geografis. Disparitas inilah yang membuat sebagian siswa dan orangtua terkendala melakukan pembelajaran daring.
"Memang kondisi pandemi ini memaksa peserta didik dan orangtua harus melek dengan teknologi. Kecepatan teknologi membawa perubahan pada struktur, pembinaan dan evaluasi pembelajaran. Tapi, masalah yang muncul dibaliknya juga harus diselesaikan," kata Helmi.
Sementara itu, Enggartiasto Lukita mengatakan, dalam beberapa waktu yang belum lama, masyarakat dihadapkan pada disrupsi digital sebagai dampak dari revolusi industri 4.0. Dimana, salah satu yang terdampak adalah pendidikan. Karena pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang terlalu cepat.
Pendidikan menurutnya adalah kunci. Pendidikan bisa menjadi senjata untuk menghancurkan sebuah negara. Sebaliknya, pendidikan juga bisa memajukan negara. Enggar mencontohkan kondisi Mauritius, sebuah negara di benua Afrika yang bisa maju karena mampu mengembangkan pendidikan masyarakatnya.
Seminar yang digagas ini pun menurut dia sangat relevan dengan kondisi di Riau dan Kepri. Karena pertumbuhan dua provinsi ini sangat luar biasa. Meskipun sempat terjadi stagnasi ketika di awal pandemi Covid-19.
Sementara itu, Asisten III Setdaprov Riau, Joni Irwan yang hadir mewakili Gubernur Riau, Syamsuar menyampaikan, pelantikan hari ini jadi momentum luar biasa. Menjadi penguat moral dan profesional para pengurus. Diharapkan pelantikan ini mendorong pengurus mampu berinovasi.
Tantangan ke depan sangat besar. Apalagi perubahan teknologi informasi yang cepat dan tak bisa dihambat. Belum lagi selesai revolusi industri 4.0, kini harus menghadapi tantangan era society 5.0. Pandemi juga semakin mendorong masyarakat harus beradaptasi dengan teknologi. Misalnya, proses belajar daring yang dijalani siswa selama pandemi.
Joni juga memaparkan sejumlah masalah yang dihadapi Riau saat ini. Di antaranya masalah Covid-19 berpengaruh pada pola belajar mengajar. Kemudian, penyalahgunaan narkoba terbukti merusak anak bangsa. Daya rusaknya pun luar biasa. Tidak hanya fisik, tapi juga karakter. Di Riau, narkoba bahkan sudah masuk ke anak-anak sekolah. Bahkan menempatkan Riau di posisi kelima nasional dalam daftar penyebaran narkoba di Indonesia.
Karena itu diharapkan alumni UPI mengembangkan program kerja yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum dan implementasinya. Di era society 5.0 dibutuhkan perubahan sistem. "Karena itu lewat seminar ini diharap mampu menjawab apa yang dibutuhkan oleh daerah," kata dia. (*)
What's Your Reaction?