Tingkatkan Angka Pengguna Kontrasepsi, BKKBN Kick Off Pelayanan KB Serentak
Kick off Pelayanan KB Serentak itu dilakukan bersamaan dengan peringatan Hari Kontrasepsi se-Dunia pada Selasa (26/9/2023). Sementara, Pelayanan KB Serentak digelar mulai 26 September hingga 4 Oktober di seluruh Indonesia.
RIAUCERDAS.COM - Pada tahun 2019, pemerintah menargetkan capaian pasangan usia subur yang aktif menggunakan alat kontrasepsi modern atau Prevelensi kontrasepsi modern (mCPR) di angka 60 persen. Nyatanya, tahun itu capaian ada di angka 59 persen.
Ketika pandemi Covid-19 terjadi, capaian mCPR di Indonesia semakin tergerus di bawah target. Bahkan, jumlahnya menurun sampai 0,9 persen.
Berbagai langkah dilakukan agar angka mCPR terus meningkat di Tanah Air. Salah satunya dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia lewat Kick Off Pelayanan KB Serentak.
Kick off Pelayanan KB Serentak itu dilakukan bersamaan dengan peringatan Hari Kontrasepsi se-Dunia pada Selasa (26/9/2023). Sementara, Pelayanan KB Serentak digelar mulai 26 September hingga 4 Oktober di seluruh Indonesia.
Peluncuran itu dilakukan oleh Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo dan diikuti secara daring maupun luring oleh berbagai pihak di Indonesia. Termasuk di Provinsi Riau.
"Peluncuran Pekan Pelayanan KB Serentak ini sebagai bentuk edukasi dan informasi bagi masyarakat. Dimana kontrasepsi menjadi suatu jalan dalam mengatur jarak kelahiran," kata Hasto.
Dijelaskan dia, Pekan Layanan KB Serentak ini, termasuk Program Gerakan Sejuta Akseptor yang telah dicanangkan sebelumnya bisa meningkatkan mCPR di Indonesia.
Hasto menyampaikan, ditargetkan, pada Hari Kontrasepsi se-Dunia, BKKBN bisa melayani 1,5 juta akseptor. Pelayanan, tambahnya, akan dipusatkan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) dan Fasyankes milik Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Selain TNI, BKKBN juga menggandeng Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan pemerintah daerah. Hasto berharap, pelayanan ini menurunkan angka unmet need, dan meningkatkan kepesertaan ber-KB.
Di samping itu, program ini juga diharapkan bisa mencegah stunting. Dengan demikian, target menurunkan stunting ke angka 14 persen di tahun 2024 sesuai imbauan Presiden RI, Joko Widodo bisa tercapai.
Hasto juga menjelaskan bahwa Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia sudah mencapai angka 2,1:8. Hal itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Sementara data BKKBN angkanya menunjukkan 2,1:4. Hal ini menunjukkan rata-rata perempuan hamil sudah berada di bawah 2,1.
Dijelaskan Hasto, masih ada dua provinsi yang angka TFR di atas 2,5. Yaitu Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia menilai, kesenjangan TFR inilah yang perlu diperhatikan.
Angka TFR dua provinsi tersebut masih cukup tinggi dan rentan adanya stunting. "Oleh karena itu marilah menjadikan kontrasepsi menjadikan jalan mengatur jarak kelahiran," kata dia.
Di tempat yang sama, Koordinator Peringatan Hari Kontrasepsi se-Dunia, Martin Suanta menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan pentingnya kontrasepsi bagi perencanaan keluarga dalam rangka percepatan penurunan stunting.
Program ini juga penting untuk meningkatkan cakupan pesertaan KB pada semua metoda kontrasepsi modern. Terutama Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
Untuk diketahui, MKJP adalah metode kontrasepsi yang sekali pemakaiannya untuk 3 tahun hingga seumur hidup. Beberapa metode kontrasepsi MKJP yaitu tubektomi atau metode operasi wanita (MOP), IUD, implant dan vasektomi atau operasi pria (MOP).
Martin Suanta juga menyampaikan bahwa kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan stakdeholder, provider medis, mitra kerja dan masyarakat terkait pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas. (*)
What's Your Reaction?