UMRI akan Ubah kurikulum untuk Respon Program Merdeka Belajar
Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) merespon positif program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan segera melakukan perubahan kurikulum. Apa manfaatnya?
KAMPUS sebagai penyelenggara kegiatan belajar mengajar merupakan “kawah candradimuka” bagi lulusan yang akan terjun ke dunia kerja dan dunia industri. Untuk itu diperlukan sebuah kurikulum yang dapat digunakan sebagai road map dalam melakukan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi.
Adanya kurikulum yang baik tentunya dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan unggul. Kebijakan pemerintah melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memberikan kesempatan para mahasiswa untuk dapat belajar di luar kampus mendorong para akademisi untuk mempersiapkan kurikulum agar dapat menyesuaikan dengan program tersebut.
Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) merespon positif program MBKM dengan segera melakukan perubahan kurikulum. Kurikulum yang baik tentunya harus melibatkan stakeholder sebagai pengguna lulusan dari perguruan tinggi. Seperti akademisi, dunia industri, dunia usaha, serta asosiasi profesi.
Harapan yang ingin dicapai adalah diperolehnya masukan dari berbagai pihak untuk membangun link and match antara akademisi dengan dunia usaha dan dunia industri.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, UMRI menyelenggarakan workshop dan focus group discussion (FGD) dengan mengundang beberapa narasumber. Di antaranya adalah pakar kurikulum SN-Dikti Dr. Ir. Endrotomo, M.Ars, dan Upstream Project Leader PT. Pertamina Hulu Rokan, Feri Sri Wibowo.
Selanjutnya, Tengku Kespandiar, ST, MM selaku Campus Relation Manager dari PT. RAPP Pulp and Paper, Dias Satria, SE., M.App.Ec., PhD selaku entrepreneur, CEO Paragon Technology and Innovation Salman Subakat, serta Kabid IKP KOMINFO Provinsi Riau yang diwakili oleh Aulia Arfan, S.Kom.
Acara itu dibuka oleh rektor UMRI, Dr. Mubarak, M.Si dalam sambutannya menegaskan bahwa UMRI harus berubah ke arah yang lebih baik dan mendukung kebijakan pemerintah melalui program MBKM.
Oleh karenanya kegiatan workshop dan FGD ini sangat berguna bagi UMRI untuk melakukan perubahan kurikulum tersebut. Kegiatan ini merupakan awal yang dilakukan oleh universitas guna mendorong Prodi melakukan percepatan dalam perubahan kurikulum yang menyesuaikan dengan program MBKM.
Terutama pada empat program studi yang sebelumnya mendapatkan hibah Kerjasama Kurikulum dan Implementasi MBKM dari Kemendikbudristek. Yaitu, prodi Sistem Informasi, Teknik Industri, Kimia dan Manajemen.
Sementara, Dr.Endrotomo, M.Ars menyampaikan bahwa untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan lulusan bisa bekerja atau tidak dinilai melalui prosesnya. Jika asessmen pada proses berjalan dengan baik maka hasilnya akan baik pula.
Selain itu, capaian pembelajaran harus benar-benar menjadi perhatian karena hal tersebut akan menentukan profile lulusan program studi.
Lebih lanjut ia mengatakan kunci keberhasilan implementasi kebijakan MBKM di sebuah perguruan tinggi adalah adanya sebuah keberanian dalam mengubah pola pikir dari pendekatan kurikulum berbasis konten yang kaku menjadi kurikulum berbasis capaian pembelajaran yang adaptif dan fleksibel untuk menyiapkan mahasiswa menghadapi tantangan dan perkembangan zaman yang sangat dinamis.
Sementara itu, Feri Sri Wibowo menjelaskan bahwa tantangan ke depan yang perlu diperhatikan setidaknya ada 5 hal yaitu, teknologi, Informasi dan komunikasi, perkembangan industri keuangan, berwawasan lingkungan dan berorientasi pada mahasiswa.
Dia juga menegaskan bahwa Pertamina saat ini memiliki 3 inisiatif strategis ke depan, yaitu mengembangkan energi listrik, energi ramah lingkungan, dan optimalisasi sumber energi.
Masukan yang disampaikan oleh beliau adalah bahwa hardskill penting dan dibutuhkan didunia kerja namun bekal soft skill jauh lebih penting dalam menyiapkan lulusan agar dapat dipakai di dunia kerja.
Sementara, Aulia Arfan, S.Kom menjelaskan bahwa ke depan lulusan yang menguasai teknologi tentu lebih banyak peminatnya dibandingkan dengan lulusan yang kurang adaptif dengan teknologi.
Di sesi lain, CEO Paragon, Salman Subakat, banyak berbagi tips dalam berinovasi dalam dunia industri terutama dalam bidang pemasaran. “Jadi, kunci strategi pemasaran saat pandemi adalah memperkuat pondasi dan bangunannya. Dan perusahaan yang mampu menahan pondasi sebetulnya telah membangun pondasi yang kuat,” ujarnya.
Sesi terakhir penyampaian materi dari sisi entrepreneur. Dias Satria, PhD menegaskan bahwa lulusan perguruan tinggi harus memiliki mental bisnis, melek digital, melek kreatif, dan melek keuangan. (rls)
What's Your Reaction?