Rayakan Milad UMRI Ke 13, Rektor Minta Harus Siap Hadapi Tantangan Ke Depan
UMRI harus tetap mengembangkan pendidikan tinggi dengan memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan untuk menciptakan Islam Rahmatan Lilalamin
UNIVERSITAS Muhammadiyah Riau (UMRI) didorong harus sungguh-sungguh mempersiapkan diri menghadapi tantangan pendidikan tinggi ke depan. Civitas akademika UMRI dituntut mengikuti arah perkembangan dunia pendidikan tinggi. Namun tidak menghilangkan jati diri sebagai amal usaha Muhammadiyah.
"UMRI harus tetap mengembangkan pendidikan tinggi dengan memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan untuk menciptakan Islam Rahmatan Lilalamin," ungkap Rektor UMRI, DR Mubarak M.Si dalam pidato pada sidang senat terbuka perayaan Milad ke-13 UMRI, Sabtu (5/6/2021).
Milad kali ini juga dianggapnya spesial. Pasalnya inilah pidato terakhir Mubarak pada perayaan milad UMRI dalam kapasitasnya sebagai rektor. “Tahun depan sudah ada kepemimpinan baru dan kami serahkan sepenuhnya kepada Sang Maha Kuasa yaitu Allah SWT," kata Mubarak.
Mubarak menambahkan, dalam 7 tahun kepemimpinannya, upaya membesarkan UMRI bukanlah urusan pribadi melainkan urusan kolektif semua pemangku kepentingan. Disitulah ia berupaya bagaimana menunjang semua potensi ini menjadi sebuah kekuatan yang harmonis.
"Hasilnya adalah UMRI sampai hari ini. Penilaian maju atau tidaknya UMRI atau berhasil atau tidaknya UMRI, saya serahkan sepenuhnya kepada semua pemangku kepentingan,” kata dia.
Mubarak mengaku berusaha fokus menjalankan amanat yang diberikan dengan istiqomah. Karena itu, langkah memajukan UMRI terus dilakukan tahun demi tahun. Hasilnya, fasilitas kampus kian bertambah. Kualitas para dosen juga meningkat.
Tak kalah penting, pelayanan di kampus dapat diakomodir lebih cepat dan nyaman. Sehingga UMRI hari ini dapat berkompetisi dengan universitas-universitas lainnya di Provinsi Riau. Meski demikian, rektor menegaskan agar semua hasil yang dicapai itu jangan membuat cepat bangga.
“Ada pekerjaan besar yang harus dihadapi ke depan. Yaitu mempertahankan apa yang telah dicapai, menggapai kembali apa yang lepas dan mengejar apa yang belum diraih sesuai dengan visi misi yang telah ditetapkan,” katanya.
Orasi ilmiah
Sementara itu, dalam perayaan milad, dosen Fakultas Ilmu Komunikasi UMRI, Dr. Aidil Haris, S.Sos., M.Si juga menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul Revolusi Komunikasi di Tengah Pandemi Menuju Indonesia Sehat.
Dalam penelitiannya berjudul Teknologi Komunikasi dan Pengaruhnya Terhadap Interaksi yang sudah dipublikasikan pada jurnal nasional, Aidil mencatatkan bahwa setiap harinya individu selalu bersentuhan dengan teknologi dan pada kenyataannya saat ini manusia hidup dalam masyarakat informasi.
Ciri khas masyarakat informasi menurutnya adalah tidak hanya bersentuhan dengan teknologi informasi an sich, melainkan juga menggunakan teknologi komunikasi itu untuk keperluan yang beragam.
Proses interaksi yang dilakukan manusia di masa pandemi Covid-19 ini dipaksa untuk tidak lagi mengandalkan proses interaksi face to face, melainkan sudah memanfaatkan teknologi komunikasi dalam setiap interaksi.
”Hal ini menandakan perkembangan teknologi komunikasi sudah membawa perubahan yang begitu dahsyat dalam proses interaksi manusia sejak pandemic mewabah,” katanya.
Revolusi komunikasi menurut Aidil menandakan perkembangan teknologi komunikasi sudah membawa perubahan yang begitu dahsyat dalam proses interaksi manusia sejak pandemi mewabah. Bahkan lebih daripada itu, kehadiran teknologi komunikasi dan informasi justru menjadi pola dan gaya hidup baru manusia.
Untuk memahami lebih jauh bagaimana teknologi komunikasi mampu mempengaruhi proses interaksi, maka tiap orang dituntut jangan melihat pada sudut pandang negatif. Sebaliknya, justru harus melihat bagaimana teknologi komunikasi dan informasi mampu dijadikan sebagai sebuah revolusi komunikasi yang menjadi bagian kebutuhan primer setiap individu masyarakat global, terutama di masa pandemi ini.
Aidil menegaskan, revolusi komunikasi saat ini bukan berarti memutuskan proses komunikasi antarmuka menjadi tidak penting. Justru, revolusi komunikasi ini merupakan wujud efektif dari komunikasi yang menjauhkan orang dari bahaya Covid-19. (*)
What's Your Reaction?