Bahas Peran Mahasiswa, Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN Beri Kuliah Umum di UMRI

Mahasiswa UMRI didorong memberikan banyak pertanyakan kepada narasumber. Kemudian menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kependudukan.

Feb 6, 2024 - 16:42
 0
Bahas Peran Mahasiswa, Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN Beri Kuliah Umum di UMRI
Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN RI memberi kuliah umum di kampus UMRI, Selasa (6/2/2024)

RIAUCERDAS.COM - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Riau (FEB UMRI) menggelar Kuliah Umum bertajuk Fasilitasi dan Pembinaan Teknis Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan di Tingkat Provinsi, Selasa (6/2/2024). Kuliah umum ini mengangkat tema tentang peluang dan tantangan bonus demografi bagi generasi muda. 

Dekan FEB UMRI, Mizan Asnawi dalam sambutannya merasa terhormat karena Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Riau.

Bonus demografi ini adalah topik yang hangat. Bahkan kerap dibicarakan dalam debat capres beberapa waktu lalu. Karena itu, dia berharap peserta kuliah umum bisa mengetahui informasi yang tepat tentang bonus demografi. Termasuk apa dampak dari bonus demografi itu.

Mahasiswa didorong memberikan banyak pertanyakan kepada narasumber. Kemudian menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kependudukan. "Sehingga kita bisa memperoleh tambahan mata kuliah hari ini," ungkap Mizan.

Sementara Rektor UMRI, Dr Saidul Amin, MA ketika membuka acara menyampaikan kuliah umum ini sangat penting. Karena Islam selalu mengajarkan untuk menyiapkan rencana sebagus-bagusnya. "Jangan sampai bisa punya anak tapi tak bisa mendidiknya," ungkap Rektor.

Dia menyebut, bonus demografi itu luar biasa. Jika jumlah penduduk yang sedang aktif-aktifnya banyak bisa berpengaruh luar biasa. Jika ia berupa "pati" maka hasilnya jadi baik. Sebaliknya, jika isinya "sampah" maka akan berdampak negatif.

Masalah demografi bisa dimanfaatkan negara tertentu. Tapi bisa juga jadi bencana di negara yang lain. Rektor menilai, saat ini negara Cina yang efektif memanfaatkan lonjakan penduduk. Karena, dengan banyaknya penduduk, Cina mendorong industri rumah tangga. Sehingga banyak produk yang diproduksi dengan skala industri rumah tangga dan mengangkat perekonomian negara.

Sebaliknya, tambah Saidul, negara yang dianggap gagal memanfaatkan besarnya angka demografi adalah India. Dimana, masih banyak kemiskinan terjadi di negara tersebut. 

Saidul menyitir istilah masa lalu yang menyatakan banyak anak banyak rejeki. Di masa lalu, ungkap Rektor, peribahasa itu bisa jadi benar. Karena banyak hutan dan sungai yang bisa digarap untuk hidup. Sebaliknya saat ini, jika banyak anak bisa jadi tak efektif. Karena hutan banyak yang hilang dan sungai tercemar. 

Karena itu, rektor menilai kuliah umum ini akan menyadarkan kita tentang manfaat yang diperoleh dengan banyaknya penduduk usia produktif. Termasuk bencana yang akan muncul jika orang berusia produktif itu kualitasnya tidak baik.

"Masalah kependudukan tak hanya jadi masalah sektoral namun juga global. Masalah di suatu negara maju, bisa mempengaruhi negara lainnya," ungkapnya. Jika generasi sekarang tak punya kemampuan apa-apa, maka ia tidak hanya jadi beban bangsa. Tapi juga jadi beban dunia.

Sementara, Kepala BKKBN Perwakilan Riau, Mardalena Wati Yulia berpesan pada mahasiswa, bahwa peran generasi muda sangat besar dalam mengisi pembangunan. Di satu sisi, pemuda masih menghadapi banyak masalah. Seperti narkoba, seks bebas dan sebagainya.

Untuk itulah BKKBN berupaya terus menyelesaikan masalah ini. Termasuk menuntaskan masalah stunting yang masih dihadapi saat ini. Dia berharap, para mahasiswa menghindari masalah ini. Termasuk pencegahan stunting dari hulu.

Mardalena menyebut, mahasiswa yang ke depannya akan menikah harus sadar untuk memikirkan prakonsepsi agar melahirkan anak sehat dan berkualitas. Sehingga bonus demografi yang akan terjadi bisa dihadapi dengan baik. Caranya, dengan melakukan skrining para calon pengantin menggunakan aplikasi Elsimil yang dimiliki BKKBN. 

Selain itu, Mardalena juga menyampaikan bahwa kuliah umum ini merupakan tindak lanjut dari memorandum of understanding yang telah dijalin antara BKKBN dengan UMRI. Dia berharap, kerjasama ini terus berlangsung dan terwujud lewat program lainnya.

Dia menegaskan, masalah kependudukan tidak bisa ditangani sendiri oleh BKKBN. Perlu ada kerjasama dengan pihak lain, termasuk kampus. Karena, di kampus banyak program yang dapat digandeng. Seperti, penelitian, menyertakan program BKKBN saat mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) dan sebagainya.

Sementara, Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN RI, Bonivasius Prasetya Ichtiarto saat memberi kuliah umum menyampaikan, pada tahun 2045 Indonesia ditargetkan meraih Generasi Emas. Namun, harapan ini bisa dicapai jika memiliki generasi yang unggul. 

Untuk mencapai Generasi Emas, BKKBN mengemban sejumlah tugas. Hal itu dilakukan untuk memastikan penambahan penduduk terkendali. Kemudian kualitas penduduk meningkat, mobilitas penduduknya terarah dan memiliki data informasi kependudukan.

Saat ini, jumlah penduduk mencapai 278,69 juta jiwa. Dimana 70 persen di antaranya pada posisi usia produktif. Kebanyakan adalah Generasi Z (Gen Z), milenial dan Gen X. Penduduk ini, penyebarannya paling banyak di Jawa (56,10 persen) dan Sumatera (21,68 persen). Sementara, di Kalimantan 6,15 persen, Sulawesi 7,36 persen, Bali 5,54 persen, Maluku dan Papua 3,17 persen. 

Untuk mendorong persebaran penduduk ini, maka diharap tercipta peluang pemerataan ekonomi di daerah yang berpenduduk lebih sedikit. Sehingga, dengan pembangunan di luar Jawa dan Sumatera, diharap ada perpindahan penduduk dari wilayah padat.

Hal lain yang perlu dipastikan adalah, generasi usia muda harus produktif (20-55 tahun). Kemudian, bagaimana dengan kesehatan, kemampuan (skill), serta kualitasnya. Itu semua harus dipastikan dalam kondisi baik. Karena bonus demografi terjadi jika kondisi ideal untuk pembangunan dan harus dimanfaatkan untuk kemakmuran.

Termasuk para lansia juga harus disiapkan agar memiliki pendidikan, kualitas dan kesehatan yang baik. Sehingga di usia tua, mereka tidak menjadi beban bagi keluarganya. 

Dia menyebut, keluarga adalah tiang negara. Karenanya, BKKBN ditugaskan presiden untuk membuat kampung keluarga berkualitas. Sehingga, di masyarakat tidak banyak orang yang menikah dini, bercerai dan sebagainya. Di samping itu, serangan pada keluarga saat ini juga sangat berbahaya. Salah satunya terkait penggunaan gadget. (*)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow