Gebyar PNFI dan Hari Aksara Internasional 2025: Angka Buta Aksara Turun Jadi 0,92 Persen
Gebyar PNFI dan Hari Aksara Internasional 2025 di Jakarta menyoroti capaian besar Indonesia dalam menekan angka buta aksara dari 1,71% menjadi 0,92% atau lebih dari satu juta warga terentaskan. Selain capaian program PNFI, Kemendikdasmen menegaskan pentingnya literasi digital dan meluncurkan empat kebijakan prioritas pendidikan. UNESCO turut mengapresiasi capaian Indonesia dengan tingkat literasi orang dewasa mencapai 96 persen dan hampir universal pada usia muda.

RIAUCERDAS.COM, JAKARTA - Capaian penting dalam dunia pendidikan Indonesia ditandai dengan keberhasilan menekan angka buta aksara nasional dari 1,71% pada 2020 menjadi 0,92% pada 2024, atau lebih dari satu juta warga telah terentaskan.
Fakta ini menjadi sorotan utama dalam Gebyar Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) serta Perayaan Hari Aksara Internasional (HAI) 2025 yang digelar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) pada 25–26 September di Kompleks Kemendikdasmen, Senayan, Jakarta.
Mengusung tema nasional “Kesalehan Literasi Digital, Membangun Peradaban”, acara ini menjadi momentum refleksi capaian sekaligus tantangan dalam penuntasan buta aksara, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK, Tatang Muttaqin, menjelaskan bahwa meski HAI biasanya diperingati setiap 8 September, tahun ini baru dapat dilaksanakan pada 26 September.
“Penundaan ini tidak mengurangi makna, justru memberi kesempatan untuk menyiapkan acara dengan lebih baik, termasuk menghadirkan rangkaian kegiatan yang lebih kolaboratif,” ujarnya.
Tatang juga memaparkan capaian program 2025, antara lain penyaluran Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Keaksaraan bagi 35.000 penerima, penguatan pemberdayaan perempuan dan remaja, revitalisasi 150 Satuan Pendidikan Nonformal (SPNF), digitalisasi pembelajaran di 3.000 satuan pendidikan, hingga pengembangan program relawan pendidikan berbasis komunitas.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menegaskan bahwa literasi saat ini tidak hanya sebatas baca tulis, melainkan keterampilan hidup di era digital. “Literasi digital harus berjalan seiring kemajuan teknologi, tetapi tetap dalam koridor keadaban,” katanya.
Atip menyebutkan empat kebijakan prioritas Kemendikdasmen, yakni Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) dengan pendekatan mindful, meaningful, dan joyful learning; Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat; Tes Kemampuan Akademik (TKA) untuk menjaga mutu pendidikan; serta Program Wajib Belajar 13 Tahun yang mencakup PAUD hingga SMA atau sederajat.
Apresiasi juga datang dari Direktur Regional UNESCO di Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa. Ia menyebut tingkat literasi orang dewasa di Indonesia usia 15 tahun ke atas sudah mencapai sekitar 96 persen, sementara kelompok usia 15–24 tahun hampir universal mendekati 100 persen.
“Ini pencapaian luar biasa yang mencerminkan kepemimpinan pemerintah, dedikasi para guru, ketekunan pembelajar, dan keterlibatan masyarakat di seluruh nusantara,” ujarnya. (rls)
What's Your Reaction?






