Dai Digital Diajak Perkuat Pendidikan Karakter di Era Transformasi Teknologi

Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq menegaskan pentingnya dai digital dalam memperkuat pendidikan karakter generasi muda. Ia mengingatkan dampak media sosial yang dapat melemahkan kemampuan berpikir kritis, serta perlunya menghadirkan konten keagamaan yang mencerahkan. Kemendikdasmen juga mulai memperkenalkan mata pelajaran Kecerdasan Buatan sejak SD sebagai bagian dari strategi membangun literasi dan keadaban digital.

Sep 25, 2025 - 07:20
 0
Dai Digital Diajak Perkuat Pendidikan Karakter di Era Transformasi Teknologi
Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq (kanan) usai memberikan kuliah umum bertajuk “Peran Dai Digital dalam Penguatan Pendidikan Karakter di Era Transformasi Pendidikan” di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Sumatra Selatan, Rabu (24/9/2025). (Sumber: Kemendikdasmen)

RIAUCERDAS.COM, PALEMBANG – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, menekankan pentingnya peran dai digital dalam memperkuat pendidikan karakter generasi muda di tengah derasnya arus teknologi. Pesan itu ia sampaikan saat memberikan kuliah umum bertajuk “Peran Dai Digital dalam Penguatan Pendidikan Karakter di Era Transformasi Pendidikan” di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Sumatra Selatan, Rabu (24/9/2025).

Dalam paparannya, Wamen Fajar menyoroti pengaruh besar media sosial terhadap perkembangan anak-anak sejak usia dini. Ia menyebut pola “pengasuhan digital” membuat pertumbuhan sosial-emosional melambat, komunikasi melemah, hingga muncul fenomena brain rot ketika anak-anak terlalu bergantung pada mesin dalam berpikir.

“Algoritma media sosial cenderung mengedepankan keterlibatan tanpa mempertimbangkan kebenaran. Tantangan kita adalah menghadirkan konten yang tidak hanya menarik, tapi juga mencerahkan, membangun karakter, dan menanamkan nilai moral,” tegasnya di hadapan sekitar 100 peserta kegiatan Lembaga Dakwah Komunitas (LDK).

Fajar juga menyinggung fenomena global di mana praktik keagamaan mulai memanfaatkan teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan (AI) di sejumlah gereja di Eropa. Menurutnya, hal ini menjadi peringatan bahwa agama pun tak lepas dari dinamika teknologi, sehingga nilai spiritual dan kedalaman ajaran harus tetap dijaga.

“Pencerahan yang dibawa agama tidak boleh kalah oleh sekadar viralitas. Konten keagamaan di media sosial harus membangun persatuan, bukan memecah belah,” ujarnya, seraya merujuk riset yang menunjukkan konten agama kerap menimbulkan polarisasi.

Selain itu, Wamen Fajar menekankan pentingnya strategi deep learning dalam pendidikan nasional. Melalui pendekatan ini, peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis, memiliki rasa ingin tahu, serta memahami makna dari setiap pengetahuan.

Sebagai langkah konkret, Kemendikdasmen mulai memperkenalkan mata pelajaran pilihan Kecerdasan Buatan sejak kelas V SD. Program ini ditujukan untuk menumbuhkan literasi digital, etika berteknologi, dan kesadaran kritis terhadap manfaat maupun risiko teknologi.

> “Kami ingin anak-anak memiliki keadaban digital, memahami bahwa teknologi bukan sekadar hiburan, tetapi juga berpengaruh besar dalam pembentukan karakter,” jelasnya.

Di akhir kuliah umum, Wamen Fajar menegaskan peran strategis dai digital. Menurutnya, mereka tidak hanya menyampaikan pesan agama, tetapi juga membimbing generasi muda dengan bahasa yang sesuai zaman.

“Jika kita tidak hadir di ruang digital dengan konten yang benar, anak-anak akan mencari jawaban sendiri di mesin pencari atau chatbot. Dai digital adalah garda depan yang memastikan pesan agama dan nilai karakter tersampaikan dengan tepat,” pungkasnya. (rls)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow