Ekspedisi Susur Sungai Temukan Banyak Sampah dan Diwanti-wanti Ada Buaya
Hari ketiga Ekspedisi Susur Sungai Kampar 2 berlangsung. Kali ini, tim menemukan banyak sampah mengotori sungai dan abrasi di sejumlah titik. Ini hasil liputan penulis riaucerdas.com yang ikut langsung dalam ekspedisi.
RIAUCERDAS.COM - Matahari pagi sudah tampak di ufuk timur. Gelap yang sebelumnya menyelimuti Danau Tajwid berangsur terang. Hawa pagi di Danau Tajwid lumayan dingin. Tubuh sesekali gemetar ketika angin pagi berhembus.
Pagi ini, Rabu (30/11/2022) menandakan dimulainya hari ketiga Ekspedisi Susur Sungai Kampar 2 Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Humendala Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau.
Meski perjalanan hari kedua kemarin cukup melelahkan, tim tetap bangun tidur sekitar pukul 5:30 WIB. Semua orang langsung bergerak melaksanakan tugas masing-masing yang disepakati ketika briefing malam. Ada yang bertugas masak menyiapkan sarapan pagi dan kebutuhan logistik tim air. Ada juga yang membongkar tenda yang kami gunakan untuk istirahat tadi malam.
Semua sudah dipersiapkan untuk melanjutkan ekspedisi hari ketiga. Tim darat melanjutkan eksplorasi kawasan wisata Danau Tajwid. Sementara, pukul 8: 40 WIB tim air kembali menyusuri sungai Kampar menuju hilir.
Namun sebelum itu tim melakukan pengecekan kualitas mutu air Danau Tajwid dan juga pengambilan sampel mikro plastik. Adapun hasil yang diperoleh, air di danau itu memiliki pH :5,62, TDS:11 ppm, EC :24 us/cm, salt :0 persen, dan term :28,8°c.
Ekspedisi hari ketiga memang tak berlangsung mulus. Sedikit kendala terjadi pada perahu yang saya tumpangi. Ketika akan keluar menuju sungai Kampar, perahu karet yang saya tumpangi kemasukan air yang cukup banyak. Hal ini terjadi ketika mesin mendadak turun gas dan perahu menukik ke depan. Alhasil air sungai masuk ke dalam perahu.
Seorang anggota tim sempat terlihat panik karena tidak bisa berenang. Namun, karena kondisi perahu masih bisa distabilkan, suasana kembali tenang. Tim memilih menepikan perahu untuk menguras air.
Tak butuh waktu lama untuk menguras air. Perjalanan kami berlanjut menyusuri sungai Kampar. Hanya beberapa menit perjalanan, tim menemui pemukiman penduduk desa Langgam kembali. Di desa itu, tim kembali melakukan pengecekan mutu air dan pengambilan sampel mikro plastik.
Di tempat itu diketahui bahwa pH air ada di angka 6,17. Kemudian, TDS 13ppm, EC 26 us/cm, salt 0 %, dan term :28,8°c.
Kondisi cuaca pukul 10:00 WIB itu tidak terlalu terik. Setelah mengecek kondisi air, kami kembali menyusuri sungai dan menemukan tumpukan sampah di tepi sungai tersangkut batang pohon tumbang. Tim mengambil beberapa sampah plastik karena jumlahnya tidak memungkinkan untuk dibawa semua ke dalam perahu.
Tidak hanya itu, tim juga diwanti-wanti oleh aparatur pemerintah Desa Langgam agar tidak berlama-lama beraktivitas di dalam air. Karena di hilir desa masih banyak buaya yang tentunya bisa membahayakan anggota tim.
Perahu kembali menyusuri sungai. Di tengah perjalanan, langit yang awalnya cerah berangsur redup. Mendung menggelayut di atas kami. Kami menemukan pondok nelayan di situ yang dihuni oleh pria bernama Sudirman. Ia bisa dikatakan sudah lama menggeluti profesi itu. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Di pondoknya, kami juga melihat ada pengolahan ikan salai. Puluhan ekor ikan tengah diasapi hasil pembakaran kayu. Ikan-ikan itu tampak berwarna coklat kehitaman dan teksturnya kering.
Kepada kami, Sudirman mengaku sebagai nelayan yang menggunakan alat tangkap belat (alat tangkap ikan menggunakan pancing yang diikat di tali panjang). Hasilnya tak menentu. Sangat tergantung pada musim dan kondisi air sungai.
"Hasil tangkapan ikan itu banyak kadang sedikit tergantung musim dan air. ketika air pasang, ikan kadang banyak. Namun ketika surut tangkapan ikan juga berkurang," ucapnya.
Sudirman juga menceritakan adanya perubahan kondisi sungai Kampar. Dulu masyarakat desa Rantau Baru terbiasa mandi di Sungai Kampar. Air sungai itu juga kerap dikonsumsi meski harus direbus terlebih dahulu. Tapi kebiasaan itu makin beralih sejak air kemasan isi ulang makin mudah dibeli.
Usai mewawancara, kami pun berpamitan dengan Sudirman untuk melanjutkan susur sungai. Waktu sudah menunjukkan pukul 11: 40 WIB. Awan mendung semakin pekat. Beberapa menit perjalanan, kami menemukan Desa Rantau Baru dan memutuskan berlabuh di sana.
Kami disambut hangat oleh warga setempat. Kebetulan saya tahun lalu pernah berkunjung ke desa ini meliput hasil pengolahan ikan salai untuk Riau Cerdas. Sehingga ada histori terbangun kembali.
BACA JUGA : Menjenguk Rantau Baru, Desa Nelayan yang Dikenal sebagai Tempat Olahan Ikan Salai
Tim lainnya langsung bersosialisasi ke masyarakat menyampaikan program dan kegiatan Ekspedisi Susur Sungai Kampar 2 ke warga Rantau Baru.
Musnani, nelayan sekaligus pengepul hasil tangkapan nelayan menceritakan tentang budaya masyarakat Rantau Baru dalam menjaga populasi ikan. Menurutnya, di desa ada aliran anak sungai yang dilelang oleh desa untuk warganya.
Musnani salah warga yang membeli lelang aliran anak sungai dengan harga Rp20 juta per tahun. Ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh warga yang menang lelang dan juga warga lainnya yang tidak menang lelang.
Bagi yang menang lelang tidak boleh meracun dan menyentrum aliran anak sungai yang sudah di kontrak 1 tahun dan warga yang lainya tidak boleh mengambil ikan di kawasan tersebut.
"Uang hasil lelang ini dipergunakan untuk pembangunan dan kegiatan sosial dan budaya di desa," ujar Musnani.
Jam menunjukkan 12:15 WIB. Kami menumpang di teras rumah warga untuk istirahat dan makan siang. Hujan turun, jadi kami bisa berteduh di sana. Sekitar 15 menit hujan reda. Kami yang sudah kenyang dan semangat yang kembali tumbuh berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.
Di perjalanan kami menemukan beberapa titik abrasi. Tim susur sungai langsung menandai lokasi itu serta membuat titik koordinatnya agar mudah ditemukan lagi.
Tim susur sungai sampai di Desa Kuala Terusan pada pukul 15:12 WIB. Di sana, kami melihat tenda sudah didirikan oleh tim darat. Kami langsung bergabung dengan tim darat untuk menjalankan program membersihkan sampah di pinggiran sungai Kampar di desa Kuala Terusan sekaligus mengecek mutu air dan pengambilan sampel mikro plastik.
Tim juga melakukan brand audit atas sampah-sampah yang terkumpul. Dari hasil aksi itu, kami menemukan 105 sampel dari 17 brand. Beberapa di antaranya merupakan kemasan produk merek-merek ternama.
Selesai kegiatan selesai kami bersih- bersih sembari menunggu maghrib datang. Sekaligus bersiap melakukan evaluasi dan briefing untuk persiapan kegiatan hari keempat. (mid)
What's Your Reaction?