Literasi Jadi Kunci Kemandirian Pangan Indonesia
Badan Bahasa Kemendikdasmen menegaskan literasi sebagai fondasi kemandirian pangan Indonesia. Melalui buku tematik literasi pangan dan penguatan pendidikan vokasi, literasi diharapkan mengubah cara pandang generasi muda terhadap sektor pangan—dari beban menjadi peluang masa depan.

RIAUCERDAS.COM, CIANJUR – Ketahanan pangan tak hanya bicara soal ketersediaan bahan makanan, tetapi juga kualitas literasi bangsa. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Hafidz Muksin, menegaskan bahwa literasi adalah fondasi utama menuju kemandirian pangan Indonesia. Hal ini disampaikan dalam kunjungan kerja ke Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Pertanian, Cianjur, Senin (11/8/2025).
“Literasi membuka mata. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari acuh menjadi peduli. Dari pembaca menjadi pelaku,” ujar Hafidz dalam dialog bersama para kepala SMK se-Banten. Didampingi Sekretaris Badan Bahasa, Ganjar Harimansyah, dan Kepala BBPPMPV, Yusuf, ia menekankan bahwa literasi tak sekadar membaca dan menulis, melainkan kecakapan hidup yang membentuk kemampuan berpikir kritis, bernalar, dan berinovasi—terutama dalam membangun ekosistem pangan berdaulat.
Menurut Hafidz, penciptaan SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045 harus dimulai dari penguatan literasi sejak usia dini. Skor literasi Indonesia yang masih rendah disebutnya sebagai “alarm” untuk berbenah. Sebagai langkah nyata, Badan Bahasa akan menyusun buku tematik literasi pangan dari PAUD hingga SMA. Buku ini diharapkan membangkitkan rasa ingin tahu terhadap pertanian, perikanan, dan industri pangan, sekaligus menanamkan pandangan bahwa sektor pangan adalah harapan, bukan beban.
“Inilah kontribusi Badan Bahasa terhadap Asta Cita Presiden, khususnya membangun SDM unggul dan mempercepat hilirisasi industri pangan,” tambahnya.
Hafidz juga menyoroti pentingnya UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia) sebagai alat ukur kecakapan literasi. Ia menyebut, bahasa adalah penanda kemampuan literasi yang perlu diukur secara objektif.
Selaras dengan arahan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, penguatan literasi untuk ketahanan pangan relevan dengan karakter Indonesia sebagai negara agraris. Kemendikdasmen disebut terus berkomitmen melahirkan SDM kompeten di bidang pertanian, pengolahan hasil pangan, dan pembangunan bangsa.
Dari Lapangan Menuju Kesadaran Baru
Di sela kunjungan, Hafidz meninjau langsung sarana produksi pangan, pengolahan kopi, dan budidaya ikan air tawar. Ia melihat langsung keterlibatan aktif siswa SMK dalam pembelajaran berbasis industri.
Vivi, siswi asal Sumatera Barat, mengaku pengalaman mengolah kopi membuka peluang bisnis baginya. Rifki, siswa lain, mengingatkan, “Kalau tidak ada petani, kita tidak makan.” Sri Sulastri, Kepala SMK Negeri 2 Tangerang, menambahkan, literasi telah mengubah pandangan siswa terhadap jurusan pertanian—dari dianggap tak menarik menjadi masa depan yang menjanjikan.
Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi kepala SMK se-Banten menjadi bukti komitmen Kemendikdasmen membangun sinergi antara pendidikan vokasi dan literasi kontekstual. Fokusnya tak hanya pada metode pembelajaran, tetapi juga membentuk iklim sekolah yang kolaboratif, reflektif, dan terhubung dengan dunia usaha dan industri. (rls)
What's Your Reaction?






