Mendikdasmen: Pendidikan Inklusif adalah Hak Semua Anak

Revitalisasi SLB ini merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) sektor pendidikan khusus di Provinsi D.I. Yogyakarta. Tahun 2025, sebanyak 16 SLB di wilayah ini menerima bantuan revitalisasi, terdiri dari 6 SLB negeri dan 10 SLB swasta. Program meliputi rehabilitasi, pembangunan ruang baru, serta penyediaan sarana pembelajaran yang lebih adaptif dan inklusif.

Sep 13, 2025 - 16:15
 0
Mendikdasmen: Pendidikan Inklusif adalah Hak Semua Anak
Peletakkan batu pertama menandai revitalisasi di SLB Pembina Yogyakarta oleh Mendikdasmen, Abdul Mu'ti. (Sumber: Kemendikdasmen)

RIAUCERDAS.COM, YOGYAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menegaskan komitmen pemerintah untuk menjamin hak pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus melalui layanan pendidikan inklusif dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Hal itu ia sampaikan saat prosesi peletakan batu pertama Revitalisasi SLB di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Sabtu (13/9/2025).

“Pemenuhan hak pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus telah diamanatkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kami mengharapkan dukungan semua pihak agar layanan ini benar-benar terwujud sebagai kesempatan belajar seluas-luasnya bagi seluruh anak Indonesia, apa pun keadaannya,” ujar Abdul Mu’ti.

Revitalisasi SLB ini merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) sektor pendidikan khusus di Provinsi D.I. Yogyakarta. Tahun 2025, sebanyak 16 SLB di wilayah ini menerima bantuan revitalisasi, terdiri dari 6 SLB negeri dan 10 SLB swasta. Program meliputi rehabilitasi, pembangunan ruang baru, serta penyediaan sarana pembelajaran yang lebih adaptif dan inklusif.

Selain di Yogyakarta, Kemendikdasmen juga tengah merevitalisasi lebih dari 382 SLB di seluruh Indonesia sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto.

Kepala SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Nur Khasanah, mengapresiasi bantuan pembangunan selasar penghubung kelas di sekolahnya. Menurutnya, fasilitas tersebut akan mempermudah mobilitas murid, termasuk penyandang tunanetra. “Dengan adanya selasar, anak-anak lebih nyaman dan aman saat berpindah ruangan,” katanya.

Para murid pun turut merasakan manfaat program ini. Aisyah, murid kelas 9, mengaku senang bisa berpindah dari asrama ke kelas tanpa khawatir kehujanan, sementara Nathan, murid kelas 10, merasa lebih aman menuju aula maupun lapangan.

Sejalan dengan pembangunan fisik, Kemendikdasmen juga menggelar Lokakarya Penguatan Peran Unit Layanan Disabilitas dan uji kompetensi murid SLB. Kegiatan ini diharapkan memperkuat kesiapan sekolah dalam menyediakan pendidikan inklusif serta memberikan sertifikasi keterampilan bagi murid sebagai bekal kerja maupun wirausaha setelah lulus. (rls)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow