Kemendikdasmen Tegaskan Peran Pendidikan dalam Bangun Kepercayaan Sosial di Tengah Keberagaman

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Institut Leimena menggelar International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (ICCCRL) atau Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya, Selasa (11/11). Kegiatan ini menegaskan pentingnya pendidikan sebagai sarana memperkuat rasa saling percaya di tengah masyarakat yang majemuk.

Nov 12, 2025 - 11:12
 0
Kemendikdasmen Tegaskan Peran Pendidikan dalam Bangun Kepercayaan Sosial di Tengah Keberagaman
Mendikdasmen bicara saat hadir dalam International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (ICCCRL) atau Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya, Selasa (11/11/2025) di Jakarta. (Sumber: Kemendikdasmen)

RIAUCERDAS.COM, JAKARTA – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Institut Leimena menggelar International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (ICCCRL) atau Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya, Selasa (11/11/2025). Kegiatan ini menegaskan pentingnya pendidikan sebagai sarana memperkuat rasa saling percaya di tengah masyarakat yang majemuk.

Konferensi yang mengangkat tema “Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies” ini menghadirkan para pemangku kepentingan dari berbagai negara untuk berbagi pengalaman dan gagasan dalam memperkuat kohesi sosial di tengah keberagaman.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, saat membuka konferensi menyampaikan optimisme bahwa kerukunan antaragama dan antarbudaya dapat terwujud bila masyarakat memiliki kesiapan membuka hati dan pikiran untuk siapapun serta saling bekerja sama.

“Kepercayaan ini bisa semakin kita tingkatkan seiring komitmen untuk memberi bekal kepada generasi muda agar mereka percaya diri melintas batas sosial dan budaya. Ini pesan penting agar generasi muda dipersiapkan menjadi pemimpin dunia di masa mendatang,” ujar Mu’ti.

Kemendikdasmen, lanjutnya, tengah memprioritaskan langkah strategis untuk membentuk karakter generasi muda yang terbuka dan kolaboratif. Di antaranya melalui penerapan pembelajaran mendalam (deep learning), program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang menumbuhkan aktivitas sosial dan olahraga, serta penguatan layanan konseling di sekolah dan keluarga agar tercipta komunikasi sehat antara anak dan orang tua.

“Forum ini bukan sekadar ruang kajian teoritis. Ke depan, kita harus bersama-sama membangun gerakan berbasis pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat agar tercipta kehidupan yang rukun dan harmonis,” tambah Mendikdasmen.

Executive Director Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan kemampuan berkolaborasi dengan pihak berbeda agama dan keyakinan sangat berpengaruh terhadap rasa saling percaya dalam masyarakat. Ia menegaskan hal ini sejalan dengan rekomendasi UNESCO tahun 2021 bahwa dunia yang kian terpolarisasi membutuhkan pendidikan yang menumbuhkan kerja sama dan solidaritas.

“Semoga konferensi ini mendorong kolaborasi dan sinergi dalam memperkuat masyarakat majemuk yang inklusif, baik di negara kita, kawasan ASEAN, maupun dunia,” ungkap Matius.

Sementara itu, Chief Grants Officer Templeton Religion Trust, Christopher Stewart, menilai kerja sama antara Institut Leimena dan pemerintah Indonesia telah menginspirasi negara-negara ASEAN untuk mengadaptasi program literasi keagamaan lintas budaya. Ia menilai pendekatan ini mampu meredam ketegangan sosial dan mencegah ekstremisme.

“Pendekatan ini dirancang untuk membangun masyarakat yang inklusif dan kohesif secara sosial dengan menjunjung tinggi perbedaan politik, sosial, agama, budaya, dan etnis,” tutur Stewart.

Hal senada disampaikan Director International Center for Law and Religion Studies, Brigham Young University Law School, Brett Scharffs. Menurutnya, literasi keagamaan lintas budaya kini telah diakui secara global sebagai model nyata membangun kepercayaan sosial melalui kolaborasi antar komunitas yang beragam.

“Model ini menunjukkan hasil konkret kerja sama antar komunitas berbeda. Nilainya penting untuk terus diperluas, tidak hanya di Indonesia dan ASEAN, tapi juga ke berbagai belahan dunia,” ujarnya.

Konferensi internasional ini diikuti lebih dari 200 peserta dari 20 negara, termasuk Austria, Denmark, Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Swiss, Inggris, serta negara-negara Asia Tenggara. Peserta terdiri dari unsur pemerintah, akademisi, pemuka agama, pimpinan lembaga internasional, serta guru alumni program Literasi Keagamaan Lintas Budaya dari berbagai provinsi di Indonesia.

Melalui konferensi ini, Kemendikdasmen dan Institut Leimena menegaskan komitmen memperkuat pendidikan yang menumbuhkan rasa saling percaya, menghargai keberagaman, dan membangun masyarakat Indonesia yang rukun, inklusif, serta berkeadaban. (rls)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow