Presiden SEAMEO Apresiasi Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia
Presiden SEAMEO Council, Juan Edgardo, mengungkapkan kekagumannya terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru diluncurkan oleh Pemerintah Indonesia, termasuk di sekolah. Menurutnya, program ini bagus untuk meningkatkan standar kesehatan siswa sehingga dapat mendukung prestasi akademik mereka.

RIAUCERDAS.COM, JAKARTA – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menerima courtesy call dari Presiden Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Council yang juga merupakan Menteri Pendidikan Filipina, Juan Edgardo Sonny Angara, di Gedung Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Jakarta (10/4/2025).
Pertemuan ini menjadi momen untuk memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara, khususnya dalam bidang pendidikan, serta mengeksplorasi peluang kerja sama.
Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, mengatakan bahwa pentingnya pertemuan tersebut untuk memperkuat posisi Indonesia di SEAMEO serta mengeksplorasi peluang kerja sama di bidang pendidikan.
Ia juga menjelaskan bahwa Indonesia telah terlibat dalam berbagai program SEAMEO dan berharap dapat memperluas partisipasi di masa mendatang.
"Saya melihat ada banyak program yang telah dilakukan oleh Indonesia di organisasi internasional ini dan beberapa program yang diharapkan dapat diikuti Indonesia di masa yang akan datang," jelas Menteri Mu’ti.
Pada kesempatan ini, Presiden SEAMEO Council, Juan Edgardo, mengungkapkan kekagumannya terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru diluncurkan oleh Pemerintah Indonesia, termasuk di sekolah. Menurutnya, program ini bagus untuk meningkatkan standar kesehatan siswa sehingga dapat mendukung prestasi akademik mereka.
"Kami sangat mengapresiasi enam kebijakan prioritas Kementerian. Jadi saya rasa, ada banyak hal yang ingin kami pelajari dari Indonesia," ujarnya.
Lebih lanjut, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Tatang Muttaqin, menyoroti keberhasilan Filipina dalam menjalin kerja sama antara Kementerian Pertanian mereka dengan lembaga pendidikan kejuruan untuk mendukung sektor pertanian.
"Kami ingin belajar dari pengalaman Filipina dalam mengembangkan pendidikan kejuruan di bidang pertanian dan maritim," ucap Tatang.
Pertemuan ini mencerminkan komitmen kuat kedua negara untuk saling berbagi dan bekerja sama guna meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan fokus pada isu-isu strategis seperti aksesibilitas pendidikan, peningkatan numerasi dan literasi, serta pengembangan pendidikan kejuruan, kerja sama diharapkan membawa dampak positif bagi kedua negara.
Dengan berbagai program strategis yang dibahas, baik Indonesia maupun Filipina berharap dapat memperkuat hubungan bilateral demi menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas tinggi bagi masyarakat.
Sebagai dua negara kepulauan besar di Asia Tenggara, Indonesia dan Filipina menghadapi tantangan serupa dalam menyediakan pendidikan berkualitas bagi siswa di daerah terpencil.
Mendikdasmen menyoroti pentingnya kolaborasi lintas batas, terutama di wilayah perbatasan seperti Sulawesi Utara yang dekat dengan Filipina. Ia juga menekankan perlunya kerja sama untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan di wilayah-wilayah tersebut.
Mendikdasmen juga memaparkan rencana peluncuran "Gerakan Numerasi" sebagai bagian dari kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya numerasi.
Ia menambahkan bahwa pencapaian numerasi Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. "Kita mungkin bisa menjajaki beberapa kemungkinan kemitraan antara anggota SEAMEO agar pencapaian numerasi di Indonesia dapat ditingkatkan," tambahnya.
Diskusi juga mencakup regulasi penggunaan gawai dan media sosial oleh siswa di sekolah. Mendikdasmen menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia baru-baru ini meluncurkan peraturan untuk mengatur penggunaan gawai dan media sosial oleh anak-anak.
Ia juga mengungkapkan bahwa Indonesia juga memprioritaskan pendidikan kejuruan di sektor pertanian. Namun, ia mengakui bahwa menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor tersebut masih menjadi tantangan besar.
Menyambut hal itu, Presiden SEAMEO Council, Juan Edgardo Angara, mengatakan bahwa Filipina memiliki kebijakan serupa, namun memberikan pengecualian untuk aplikasi pendidikan tertentu. Ia menyebutkan bahwa beberapa negara seperti Australia dan Swedia telah menerapkan kebijakan ketat terkait penggunaan gadget oleh anak-anak.
Pada pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemendikdasmen, Suharti; Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Gogot Suwarwoto; Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Tatang Mutaqqin beserta perwakilan pejabat dari Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru serta perwakilan pejabat dari Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan; serta Direktur Sekretariat SEAMEO, Datuk Habibah Abdul Rahim.
SEAMEO merupakan organisasi para Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara. Pada tahun ini, SEAMEO memasuki usia ke-60. Hal ini menandai enam dekade semangat kerja sama regional dalam memastikan pendidikan berkualitas di Asia Tenggara.
Di Indonesia, komitmen ini tercermin dari berkembangnya 7 pusat SEAMEO yang masing-masing berkontribusi dalam berbagai bidang, seperti pendidikan dasar, pengasuhan anak, pembelajaran terbuka, bahasa, matematika, sains, dan biologi tropika.
Hingga saat ini, SEAMEO beranggotakan sebelas negara anggota yang tergabung dalam keanggotaan penuh, yakni Brunei Darussalam (sejak 1984), Kamboja (1968), Indonesia (1965), Laos (1965), Malaysia (1965), Myanmar (1998), Filipina (1965), Singapura (1965), Thailand (1965), Timor Leste (2006), dan Vietnam (1992). (rls)
What's Your Reaction?






