Green for Riau Resmi Diluncurkan, Yayasan Gambut Berikan Langkah Strategis Akselarasi FOLU Net Sink 2030

RIAUCERDAS.COM, PEKANBARU - Setelah di-launchingnya Green for Riau ( Growing Resilience through Emmissions, Reductions, Community Empowerment, and Ecosystem Restoration for a Nurturing future) for Riau di Gedung Daerah Riau pagi tadi. Kemudian siang hingga sore dilanjutkan workshop di ballroom Hotel Pangeran pada Kamis (8/5/2025).
Workshop dilaksanakan tiga sesi dengan menghadirkan narasumber dari Pemerintah Pusat, pemerintah Daerah, Akademisi, dan lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM). Melalui kegiatan ini memberikan pemahaman kepada peserta bagaimana program Green for Riau mengenai kebijakan pemerintah, langkah strategis dan kolaborasi.
Green for Riau diinisiasi pemerintah Riau merupakan komitmen upaya bersama pemerintah, kelompok Masyarakat dan Akademisi untuk bersama-sama menurunkan emisi gas rumah kaca.
Mulyadi Direktur Yayasan Gambut berkesempatan menjadi narasumber untuk menyampaikan bagaimana langkah strategis ditingkat tapak merestorasi gambut dan mangrove dalam akselerasi FOLU net sink 2030. FOLU Net Sink merupakan sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan dengan kondisi dimana tingkat serapan sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada tahun 2030.
Mulyadi mengatakan bahwasanya Yayasan Gambut dalam mendukung FOLU Net Sink 2030 terdapat beberapa tantangan dan juga peluang. Tantangan di lapangan terjadinya tumpang tindih regulasi dan fragmentasi kebijakan sehingga terbatasnya ruang lingkup dari kegiatan Yayasan Gambut dalam menjalankan program. Berkaitan dengan Green for Riau nantinya pemerintah lebih terbuka untuk berkolaborasi dengan multi pihak ini langkah efektif untuk mencapai FOLU net sink 2030 di Provinsi Riau.
Mulyadi juga menyampaikan Yayasan Gambut selama ini dalam program kerja merestorasi gambut dan mangrove berbasis masyarakat di wilayah program. Mulyadi mengatakan sudah berkontribusi dalam pengelolaan lahan gambut dan mangrove.
"Yayasan Gambut sudah menanam lebih dari 10.000 pohon di dalamnya ada pohon kopi liberika yang jenis kopi yang cocok dilahan gambut, pulai, gerongan, sagu, dan jahe merah. Membangun 7 sekat kanal, pemasangan papan peringatan dini kebakaran, pemberdayaan kapasitas komunitas masyarakat tentang pengelolaan dilahan gambut. Sedangkan di daerah mangrove sudah menanam 23.502 pohon mangrove, membangun 2 unit Alat pemecah ombak sepanjang 200 meter, 2 rumah bibit komunitas menghasilkan 35.700 bibit mangrove. Kegiatan ini melibatkan 782 partispan dari berbagai kelompok masyarakat" ucap Mulyadi. (*)
What's Your Reaction?






