SDN 36 Pekanbaru Hidupkan Literasi Lewat Gerakan 3S: Anak Lebih Suka Baca Buku daripada Main HP
SDN 36 Pekanbaru menghadirkan inovasi literasi melalui Gerakan 3S dan program Selasih yang sukses meningkatkan minat baca murid di tengah era digital. Program ini menggabungkan aktivitas membaca, menulis, dan bercerita secara rutin dan kreatif, serta mendapat dukungan dari guru, murid, dan orang tua.

RIAUCERDAS.COM, PEKANBARU — Di tengah gempuran gawai dan media sosial, SDN 36 Pekanbaru menghadirkan terobosan kreatif dalam menumbuhkan budaya literasi. Melalui Gerakan Literasi 3S (Seratus, Seribu, Sejuta) dan program mingguan Selasih (Serempak Selasa Berliterasi), sekolah ini sukses membuat aktivitas membaca kembali menjadi kebiasaan harian yang menyenangkan bagi murid.
Gerakan ini digagas oleh Kepala SDN 36 Pekanbaru, Dewi Sasmita, sebagai jawaban atas rendahnya minat baca dan buku-buku perpustakaan yang tak tersentuh. “Banyak buku hanya jadi penghuni rak yang berdebu. Dari situ kami ingin jadikan buku bagian dari kehidupan murid sehari-hari,” ujar Dewi, Kamis (24/7/2025).
Gerakan 3S terdiri dari:
-
Seratus: seluruh murid membaca buku bersama selama satu jam.
-
Seribu: murid menulis ringkasan dari buku yang dibaca.
-
Sejuta: murid bercerita tentang isi buku secara lisan di depan kelas.
Tak hanya itu, kegiatan literasi rutin Selasih setiap Selasa membuat murid tampil menulis puisi, bercerita, hingga menyampaikan karya dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Murid terbaik akan dipilih sebagai Duta Literasi dan English Ambassador, diseleksi oleh guru sebagai juri. Aktivitas ini juga dipublikasikan lewat akun Instagram @perpustakaandayungserempak.
Dewi menegaskan, literasi tak sekadar membaca, tapi juga membentuk karakter dan daya pikir. “Selasih menjadi alternatif positif yang interaktif, menyenangkan, dan bermakna di era digital.”
Program ini mendapat sambutan hangat dari orang tua. Salah satunya, Raja Ira Novia Badar Putri, menyebut anaknya kini makin semangat membaca. “Setiap bulan, mereka memilih sendiri buku yang akan dibaca. Ini luar biasa,” ujarnya.
Pojok baca di setiap kelas pun turut hidup berkat kontribusi orang tua murid menyumbang buku. Dampak nyata juga dirasakan murid kelas 6 seperti Zhafran Doly Alvaro dan Baihaqi Habibie. “Sekarang lebih senang baca buku daripada main HP,” kata Baihaqi yang gemar buku anatomi tubuh.
Inovasi SDN 36 Pekanbaru ini diharapkan menjadi inspirasi bagi sekolah lain di Pekanbaru maupun daerah lain di Indonesia dalam menghidupkan budaya literasi sejak dini. (rls)
What's Your Reaction?






