Deputi Dalduk BKKBN RI Beri Kuliah Umum untuk Peserta KKN FMIPA UNRI
Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN RI, Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng memberikan kuliah umum di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau (FMIPA UNRI) pada Kamis (13/6/2024) yang dihadiri mahasiswa yang bakal melakukan KKN Sains MBKM di sejumlah daerah.
RIAUCERDAS.COM - Deputi Pengendalian Penduduk (Dalduk) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) RI, Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng memberikan kuliah umum di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau (FMIPA UNRI) pada Kamis (13/6/2024). Kuliah umum ini diikuti secara luring maupun daring oleh 500 mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sains MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka).
Kuliah umum yang mengangkat tema "Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Kependudukan menuju Generasi Emas 2045 Bebas Stunting" ini juga dihadiri oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Riau, Mardalena Wati Yulia.
Dekan FMIPA UNRI, Syamsudhuha M.Sc dalam sambutannya menyampaikan, kuliah umum ini merupakan tindak lanjut kerjasama FMIPA dengan BKKBN. Kegiatan ini dipadukan dengan pembekalan KKN Sains MBKM UNRI yang melibatkan mahasiswa dari lima jurusan. Yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Komputer dan Biologi.
"Pesertanya adalah 500 mahasiswa yang disebar di hampir 50 wilayah di Siak, Bengkalis dan Kepulauan Meranti. Melalui KKN ini mahasiswa diberi kesempatan terjun ke lapangan untuk memahami kondisi desa dan aktif mengumpulkan sejumlah data," kata dia.
Dekan memastikan, KKN ini tidak hanya memberi pengalaman praktis bagi mahasiswa tapi juga akan bermanfaat bagi masyarakat desa. Karena di lapangan, mahasiswa akan membantu mencari, melengkapi dan menyusun sejumlah data yang akurat bagi desa. Kemudian, menampilkannya dalam bentuk grafis dan sebagainya.
Aktivitas ini, tambahnya, sudah pernah dilakukan FMIPA UNRI bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS). "Hasil KKN ini memberi kesan pada pemerintah setempat. Jadi mereka pemerintah daerah sering meminta lagi," ujarnya.
Sementara, Kepala Perwakilan BKKBN Riau, Mardalena Wati Yulia menyampaikan, salah satu implementasi program Bangga Kencana BKKBN adalah melakukan pendidikan jalur formal dengan memberi pendampingan pada perguruan tinggi. Di samping itu menerapkan program mahasiswa pendamping stunting.
Ini langkah yang dimulai dari hulu. Yaitu mendampingi remaja dan mahasiswa dalam mencegah stunting. Mardalena juga berterima kasih karena UNRI selalu memberi dukungan pada program Bangga Kencana. Bahkan, mahasiswa UNRI pernah terpilih sebagai juara pertama Duta Genre tingkat nasional.
Mardalena menyebut, angka prevalensi stunting di Riau saat ini sudah berada di angka 13 persen. Hal ini sudah melebihi target nasional yang berupaya menurunkan angka stunting jadi 14 persen di tahun 2024. Keberhasilan ini, tuturnya, tak lepas dari peran pemerintah yang memberi dukungan penuh dalam upaya menurunkan angka stunting.
Mardalena menambahkan, Pj Gubernur Riau, SF Hariyanto aktif menanyakan apa yang diperlukan BKKBN dalam mengatasi stunting. Ditargetkan, angka stunting di Riau bisa turun jadi satu digit. Bahkan siap menggelontorkan anggaran untuk mempercepat penurunan stunting. Selain itu, BKKBN Riau juga sangat terbantu dengan peran perguruan tinggi, seperti yang dilakukan UNRI.
Sementara, Rektor UNRI, Prof Dr Sri Indarti M.Si menyampaikan bahwa program MBKM bertujuan mengasah talenta mahasiswa agar ketika keluar dari universitas sudah mempunyai kemampuan yang hebat. Salah satu caranya yaitu dengan membuat Kukerta Sains MBKM oleh FMIPA UNRI.
Dalam Kukerta, mahasiswa berada di daerah selama 41 hari efektif. Di sana, mereka mengumpulkan data di desa-desa. Bahkan, program ini telah didukung oleh BPS. Ternyata, permintaan Kukerta Sains MBKM ini terus meningkat dari pemerintah daerah di Riau.
Sementara, terkait tema kuliah umum, Rektor menyebut pihaknya berupaya mempersiapkan SDM yang produktif dalam menyongsong Indonesia Emas. Karena itu, ia mengimbau mahasiswa mengikuti kuliah umum ini dengan benar. Apalagi narasumber yang hadir merupakan pakar kependudukan.
Dia juga menyebut, kegiatan ini akan menjadi program kerja MBKM. "Sudah seharusnya pendidikan tinggi berkontribusi mengedukasi masyarakat agar turut mempercepat penurunan stunting," papar Sri Indarti.
Sementara, Bonivasius menyampaikan ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa ketika menjalani KKN. Di antaranya yaitu ikut mensosialisasikan dan memberi informasi tentang stunting. Misalnya tidak menikah di bawah 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.
Di samping itu, mendorong remaja di desa memakan tablet tambah darah. Karena ketika remaja sudah menjadi ibu dan hamil, ia tidak boleh kekurangan darah atau anemia.
Sementara bagi yang sudah hamil dan memiliki balita, harus diperhatikan kecukupan gizinya. Mahasiswa juga bisa mendorong keluarga yang memiliki Balita aktif datang ke posyandu. "Hal ini penting untuk mencegah dan mengkoreksi stunting," kata dia.
Sebaliknya, bagi yang belum menikah, diarahkan untuk mengikuti Elsimil (elektronik siap menikah dan hamil). Karena Elsimil efektif bermanfaat memantau kondisi calon pengantin apakah sudah siap menikah dan hamil.
Bonivasius juga memperkenalkan program Dapur Sehat Atasi Stunting di BKKBN. Dimana, program ini berupaya memberikan makanan-makanan bergizi dan sehat pada ibu hamil serta balita. Dengan harapan, cara ini mampu mencegah munculnya anak stunting.
Program-program ini, tuturnya, bisa didukung oleh mahasiswa ketika menjalani KKN. Bersama tim pendamping keluarga, kader KB, kader kesehatan di desa, tutur Bonivasius, mahasiswa bisa turut memberikan berbagai informasi tentang program Bangga Kencana kepada masyarakat desa.
"Lalu, yang tak kalah penting, mahasiswa bisa membantu p
PEKANBARU - Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN RI, Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng memberikan kuliah umum di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau (FMIPA UNRI) pada Kamis (13/6/2024). Kuliah umum ini diikuti secara luring maupun daring oleh 500 mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sains MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka).
Kuliah umum yang mengangkat tema "Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Kependudukan menuju Generasi Emas 2045 Bebas Stunting" ini juga dihadiri oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Riau, Mardalena Wati Yulia.
Dekan FMIPA UNRI, Syamsudhuha M.Sc dalam sambutannya menyampaikan, kuliah umum ini merupakan tindak lanjut kerjasama FMIPA dengan BKKBN. Kegiatan ini dipadukan dengan pembekalan KKN Sains MBKM UNRI yang melibatkan mahasiswa dari lima jurusan. Yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Komputer dan Biologi.
"Pesertanya adalah 500 mahasiswa yang disebar di hampir 50 wilayah di Siak, Bengkalis dan Kepulauan Meranti. Melalui KKN ini mahasiswa diberi kesempatan terjun ke lapangan untuk memahami kondisi desa dan aktif mengumpulkan sejumlah data," kata dia.
Dekan memastikan, KKN ini tidak hanya memberi pengalaman praktis bagi mahasiswa tapi juga akan bermanfaat bagi masyarakat desa. Karena di lapangan, mahasiswa akan membantu mencari, melengkapi dan menyusun sejumlah data yang akurat bagi desa. Kemudian, menampilkannya dalam bentuk grafis dan sebagainya.
Aktivitas ini, tambahnya, sudah pernah dilakukan FMIPA UNRI bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS). "Hasil KKN ini memberi kesan pada pemerintah setempat. Jadi mereka pemerintah daerah sering meminta lagi," ujarnya.
Sementara, Kepala Perwakilan BKKBN Riau, Mardalena Wati Yulia menyampaikan, salah satu implementasi program Bangga Kencana BKKBN adalah melakukan pendidikan jalur formal dengan memberi pendampingan pada perguruan tinggi. Di samping itu menerapkan program mahasiswa pendamping stunting.
Ini langkah yang dimulai dari hulu. Yaitu mendampingi remaja dan mahasiswa dalam mencegah stunting. Mardalena juga berterima kasih karena UNRI selalu memberi dukungan pada program Bangga Kencana. Bahkan, mahasiswa UNRI pernah terpilih sebagai juara pertama Duta Genre tingkat nasional.
Mardalena menyebut, angka prevalensi stunting di Riau saat ini sudah berada di angka 13 persen. Hal ini sudah melebihi target nasional yang berupaya menurunkan angka stunting jadi 14 persen di tahun 2024. Keberhasilan ini, tuturnya, tak lepas dari peran pemerintah yang memberi dukungan penuh dalam upaya menurunkan angka stunting.
Mardalena menambahkan, Pj Gubernur Riau, SF Hariyanto aktif menanyakan apa yang diperlukan BKKBN dalam mengatasi stunting. Ditargetkan, angka stunting di Riau bisa turun jadi satu digit. Bahkan siap menggelontorkan anggaran untuk mempercepat penurunan stunting. Selain itu, BKKBN Riau juga sangat terbantu dengan peran perguruan tinggi, seperti yang dilakukan UNRI.
Sementara, Rektor UNRI, Prof Dr Sri Indarti M.Si menyampaikan bahwa program MBKM bertujuan mengasah talenta mahasiswa agar ketika keluar dari universitas sudah mempunyai kemampuan yang hebat. Salah satu caranya yaitu dengan membuat Kukerta Sains MBKM oleh FMIPA UNRI.
Dalam Kukerta, mahasiswa berada di daerah selama 41 hari efektif. Di sana, mereka mengumpulkan data di desa-desa. Bahkan, program ini telah didukung oleh BPS. Ternyata, permintaan Kukerta Sains MBKM ini terus meningkat dari pemerintah daerah di Riau.
Sementara, terkait tema kuliah umum, Rektor menyebut pihaknya berupaya mempersiapkan SDM yang produktif dalam menyongsong Indonesia Emas. Karena itu, ia mengimbau mahasiswa mengikuti kuliah umum ini dengan benar. Apalagi narasumber yang hadir merupakan pakar kependudukan.
Dia juga menyebut, kegiatan ini akan menjadi program kerja MBKM. "Sudah seharusnya pendidikan tinggi berkontribusi mengedukasi masyarakat agar turut mempercepat penurunan stunting," papar Sri Indarti.
Sementara, Bonivasius menyampaikan ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa ketika menjalani KKN. Di antaranya yaitu ikut mensosialisasikan dan memberi informasi tentang stunting. Misalnya tidak menikah di bawah 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.
Di samping itu, mendorong remaja di desa memakan tablet tambah darah. Karena ketika remaja sudah menjadi ibu dan hamil, ia tidak boleh kekurangan darah atau anemia.
Sementara bagi yang sudah hamil dan memiliki balita, harus diperhatikan kecukupan gizinya. Mahasiswa juga bisa mendorong keluarga yang memiliki Balita aktif datang ke posyandu. "Hal ini penting untuk mencegah dan mengkoreksi stunting," kata dia.
Sebaliknya, bagi yang belum menikah, diarahkan untuk mengikuti Elsimil (elektronik siap menikah dan hamil). Karena Elsimil efektif bermanfaat memantau kondisi calon pengantin apakah sudah siap menikah dan hamil.
Bonivasius juga memperkenalkan program Dapur Sehat Atasi Stunting di BKKBN. Dimana, program ini berupaya memberikan makanan-makanan bergizi dan sehat pada ibu hamil serta balita. Dengan harapan, cara ini mampu mencegah munculnya anak stunting.
Program-program ini, tuturnya, bisa didukung oleh mahasiswa ketika menjalani KKN. Bersama tim pendamping keluarga, kader KB, kader kesehatan di desa, tutur Bonivasius, mahasiswa bisa turut memberikan berbagai informasi tentang program Bangga Kencana kepada masyarakat desa.
"Lalu, yang tak kalah penting, mahasiswa bisa membantu pendataan, menganalisis sejumlah data di desa," kata dia. (*)
What's Your Reaction?