Ini Alasan Stunting Bisa Jadi Ancaman Nyata Bagi Keluarga di Indonesia
Keluarga merupakan “tulang punggung” bangsa sebab segala aspek kehidupan masyarakat tidak pernah terlepas dari peran serta keluarga.
RIAUCERDAS.COM - Stunting dinilai menjadi ancaman nyata bagi eksistensi keluarga-keluarga di Indonesia. Hal ini memprihatinkan. Apalagi keluarga sebagai unit sosial terkecil di masyarakat punya hubungan yang erat dengan kuat tidaknya suatu bangsa.
"Keluarga merupakan “tulang punggung” bangsa sebab segala aspek kehidupan masyarakat tidak pernah terlepas dari peran serta keluarga", ungkap Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG.(K).
Hal itu disampaikan Hasto ketika menghadiri Kick Off Meeting Pancasila dalam Tindakan “Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana” pada Kamis (16/2/2023).
Kegiatan ini adalah inisiasi dan kerjasama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dengan BKKBN, serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Termasuk Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Hadir dalam kegiatan itu, Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri serta Kepala BPIP, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. Mereka bertindak sebagai pembicara dalam kegiatan yang juga disiarkan langsung lewat saluran YouTube bpipofficial tersebut.
Dijelaskan Hasto, ancaman nyata stunting atau kekurangan gizi kronis ini bagi eksistensi keluarga-keluarga di Indonesia sama halnya dengan bencana alam yang melanda berbagai daerah, serta kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga. Apalagi, stunting berdampak terhadap tumbuh dan kembang anak.
Ditambahkan dia, guna mengatasi stunting, BKKBN kolaborasi dengan seluruh stake holders. Termasuk GendRe dan Paskibraka di seluruh Indonesia.
Tidak hanya itu ada sejumlah daerah yang mampu dan menekan angka stunting di Indonesia. Daerah itu di antaranya sebagai referensi, Kota Surabaya berdasarkan hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 merupakan kota yang memiliki prevalensi stunting terendah di Indonesia yakni 4,8 persen.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri menegaskan, semua persoalan akan terselesaikan dengan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Tak terkecuali isu stunting, kekerasan pada perempuan dan anak, kekerasan dalam rumah tangga, dan kesiapsiagaan bencana.
Menurut presiden Indonesia kelima ini, nilai-nilai gotong royong lintas sektoral yang menjadi ciri khas Pancasila, isu-isu tersebut pasti bisa teratasi di Indonesia. Gotong royong juga menjadi kunci dalam upaya penguatan ekonomi keluarga.
Megawati menyarankan seluruh masyarakat mengonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan alami.
"Cara yang paling efektif adalah dengan mengonsumsi makanan-makanan bergizi", kata dia.
Tak hanya itu, Megawati juga menyorot pentingnya peran perempuan dalam mengatasi stunting pada sebuah keluarga.
Sementara, Kepala BPIP, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam upaya mencegah stunting, kekerasan seksual pada anak dan perempuan, kekerasan dalam rumah tangga serta mengantisipasi bencana.
Lewat acara ini, BPIP juga ingin menggugah, menggali dan menyebarkan kesadaran akan pentingnya pencegahan stunting, kekerasan seksual pada anak dan perempuan. (*)
What's Your Reaction?