UMRI Gelar Baitul Arqam, Rektor Ajak Bermuhammadiyah dengan Gembira

Rektor UMRI berharap semua yang menghidupi amal usaha harus benar-benar menanamkan nilai keislaman dan kemuhammadiyahan ketika bekerja. Rektor mengajak semua pihak bermuhammadiyah dengan gembira dan bukan secara paksaan. Sehingga ini menjadi amal ibadah bagi kader Muhammadiyah.

Apr 15, 2022 - 10:16
 0
UMRI Gelar Baitul Arqam, Rektor Ajak Bermuhammadiyah dengan Gembira
Penyerahan berkas peserta baitul arqam dari Rektor UMRI, DR H Saidul Amin MA, Jumat (15/4/2022).

SEJUMLAH pimpinan unit kerja, tenaga pendidik dan kependidikan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) menjalani Baitul Arqam mulai tanggal 15 sampai 16 April di Winstar Hotel Pekanbaru. 


Ketua Lembaga Al Islam Kemuhammadiyahan (LAIK) UMRI, DR Santoso M.Si dalam sambutannya menyampaikan, bahwa kegiatan ini adalah yang ketigakalinya digelar. Namun, hari ini spesial karena Baitul Arqam digelar di bulan ramadan. "Ini jadi tantangan bagi kita semua. Karena peserta harus berpisah dengan keluarganya untuk beberapa saat," kata dia.


Dijelaskan dia, ada 52 orang yang menjadi peserta Baitul Arqam kali ini. Baik pimpinan unit, dosen maupun karyawan. Untuk pimpinan unit yang pernah mengikuti kegiatan serupa, Baitul Arqam lebih menekankan pada manajemen unit. Termasuk menyamakan ritme ideologis kepada yang belum pernah mengikuti Baitul Arqam.


"Diharapkan, kegiatan seperti ini menjadi media untuk merasakan kebersamaan antarpeserta," tutur Santoso.


Sementara, Rektor UMRI, DR H Saidul Amin menyampaikan bahwa Baitul Arqam menjadi salah satu bentuk pengkaderan di Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah adalah pergerakkan, maka yang menggerakkan adalah kader-kadernya. Tanpa ada pengkaderan, Muhammadiyah bisa maju tapi diisi oleh orang-orang yang tidak paham dengan Kemuhammadiyahan.


Menurut dia Muhammadiyah bisa mati. Sering kali kematian Muhammadiyah bermula dari amal usahanya. Dimana, Muhammadiyah memiliki universitas, rumah sakit dan sebagainya. Tapi nilai kemuhammadiyahannya tidak ada lagi. Kalaupun ada, kata Rektor, beberapa  pandangan menyebut jumlahnya paling sekitar 10 persen. Selebihnya, amal usaha sekadar dijadikan tempat bekerja.


Karena itu, Saidul Amin berharap semua yang menghidupi amal usaha harus benar-benar menanamkan nilai keislaman dan kemuhammadiyahan ketika bekerja. Rektor mengajak semua pihak bermuhammadiyah dengan gembira dan bukan secara paksaan. Sehingga ini menjadi amal ibadah bagi kader Muhammadiyah. "Harus jadi pion atau duta persyarikatan di amal usaha," tuturnya.  


Untuk diketahui, ada sejumlah materi yang disampaikan dalam acara ini. Seperti peran tauhid dalam kehidupan, khittah perjuangan Muhammadiyah, matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah serta profesional kerja dalam mengelola Amal Usaha Muhammadiyah.


Kemudian, ada juga materi tuntunan ibadah sesuai HPT, Profil kader dan nilai perjuangan tokoh Muhammadiyah,  pedoman hidup islami warga Muhammadiyah, PTM sebagai media dakwah dan kaderisasi. Ada juga pre test dan post test.


Ketua BPH UMRI, Prof DR H Isjoni M.Si yang turut hadir mengatakan, Muhammadiyah bukan luar saja tapi luar dan dalam. Sehingga, mulai dari pimpinan sampai ke tenaga pendidik dan kependidikan mesti menjalani Baitul Arqam untuk menanamkan ideologi Muhammadiyah. 


Pengetahuan soal Al Islam dan Kemuhammadiyahan ini juga menjadi salah satu materi dalam wawancara yang disampaikan untuk calon kepala prodi atau pimpinan fakultas. Karena itu, apa yang disampaikan dalam Baitul Arqam ini sangat penting perannya 


PW Muhammadiyah Riau, DR H Abdul Wahid, M.Us menjelaskan alasan harus melakukan Baitul Arqam. Menurutnya, di sinilah Muhammadiyah menanamkan kader-kader yang berperadaban dan memiliki pengetahuan agama yang mumpuni. Mereka inilah yang akan menjadi ujung tombak syiar Islam. 


Lewat kader yang telah mengikuti Baitul Arqam inilah Islam dapat menyebar ke Afrika hingga Asia. Kader yang diciptakan adalah yang memiliki keimanan dan ketauhidan yang kuat. "Peserta punya kewajiban memberi pemahaman kepada mahasiswa apa itu Islam dan Kemuhammadiyahan," katanya. 


Muhammadiyah bukan sebagai lambang, tapi harus menjadi gerakan yang mendorong kemurnian ajaran Islam. Itulah yang membuat Muhammadiyah menjadi gerakan Islam yang puritan. (*)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Hendra Moderator, penulis