Rektor Umri Ingatkan Industri Harus Dibarengi Etika di Tengah Gelombang Teknologi AI

Dalam acara itu, PII turut membagikan 200 bibit pohon kepada peserta sebagai simbol komitmen terhadap pelestarian lingkungan.

May 21, 2025 - 13:06
 0
Rektor Umri Ingatkan Industri Harus Dibarengi Etika di Tengah Gelombang Teknologi AI
Rektor Umri, Dr Saidul Amin, MA menerima bibit pohon dari Ketua Badan Kejuruan Teknik Industri PII saat acara seminar nasional, Rabu (21/5)2025).

RIAUCERDAS.COM, PEKANBARU – Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (Umri), Dr Saidul Amin, MA, menyampaikan pandangan mendalam mengenai masa depan industri dan teknologi saat membuka Seminar Nasional dan Konvensi Wilayah Badan Kejuruan Teknik Industri Persatuan Insinyur Indonesia (BKTI PII), Rabu (21/5/2025). Menurutnya, kemajuan teknologi tidak bisa dipisahkan dari filsafat dan nilai-nilai moral.

“Ketika industri menciptakan mesin, manusia harus berpacu dengan hasil ciptaannya sendiri,” ujar Dr Saidul.

Ia mengajak seluruh pihak—terutama akademisi dan praktisi teknik—untuk tidak hanya fokus pada teknologi, tetapi juga memahami nilai di balik kemajuan itu sendiri. Dalam pandangannya, teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) memang membawa efisiensi, namun tidak mampu menciptakan nilai kemanusiaan.

“AI bisa mengambil alih banyak pekerjaan. Bahkan, diprediksi 500 juta orang bisa kehilangan pekerjaannya pada 2030. Tapi AI tidak bisa menciptakan value. Maka, yang perlu kita bangun bukan hanya teknologi hijau, tapi juga moralitas dalam penggunaannya,” ujarnya.

Rektor Umri juga menyentil fenomena society 4.0, di mana manusia semakin menyatu dengan teknologi. “Sekarang manusia tidak hanya menggunakan teknologi, tapi sudah menjadi bagian darinya. Dulu kita mencari nomor untuk menelepon. Sekarang, manusia sudah seperti telepon itu sendiri,” tambahnya.

Senada dengan Rektor, Ketua PII Wilayah Riau, Ir Nurul Azmi ST CST IPM ASEAN Eng, juga menyoroti pentingnya membangun industri yang tidak hanya produktif, tapi juga berwawasan lingkungan. Ia menyebut industri hijau sebagai arah masa depan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

“PII siap berkolaborasi dengan semua pihak, termasuk pemerintah daerah, untuk memperkuat ekosistem industri yang berkelanjutan. Kami mendorong mahasiswa agar sejak awal bergabung ke PII, sebagai rumah bersama bagi insinyur,” kata Nurul.

Dalam acara itu, PII turut membagikan 200 bibit pohon kepada peserta sebagai simbol komitmen terhadap pelestarian lingkungan. “Silakan ditanam di rumah, lalu unggah ke media sosial. Nanti akan ada apresiasi bagi yang berpartisipasi,” tambahnya.

Ir Wiza Hidayat, ST., GP., IPU, ASEAN Eng selaku Ketua Badan Kejuruan Teknik Industri PII dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada Umri yang mau menjadi tuan rumah kegiatan ini. 

Saat ini kita hidup dalam era transisi teknologi. Banyak dihadapkan isu. Seperti lingkungan, iklim dan sebagainya. Di sinilah peran insinyur penting sebagai agen perubahan yang mewujudkan industri yang ramah lingkungan. Tema ini sangat relevan. Industri hijau bukan hanya tentang teknologi, tapi juga SDM yang kompeten, adaktif dan kolaboratif.

Reindustrialisasi sangat penting didorong. Karena menuju Indonesia Emas 2045, dibutuhkan perkembangan ekonomi di angka 8 persen. Sementara, sekarang masih di angka 5 persen. 

Mahasiswa, tuturnya, akan menjadi agent of change dan tulang punggung untuk memajukan perekonomian dengan menyelesaikan masalah-masalah di dunia industri. Hal ini penting dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas yang bakal berlangsung sekitar 20 tahun lagi.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Riau, Boby Rachmat, memaparkan tantangan serius yang sedang dihadapi Riau di sektor ketenagakerjaan. Menurut data terbaru, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Riau per Februari 2025 naik menjadi 4,22 persen, menjadikan provinsi ini sebagai salah satu dari tiga wilayah dengan TPT tertinggi di Indonesia.

“PHK paling banyak terjadi di Indragiri Hilir. Salah satu perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ribuan pekerja,” ungkapnya.

Ia menyoroti relokasi perusahaan ke daerah dengan upah tenaga kerja lebih murah sebagai salah satu faktor penyebab. Untuk itu, ia berharap PII dapat menjadi mitra dalam mengurangi angka pengangguran, salah satunya dengan memetakan kebutuhan insinyur, memperluas jaringan kerja ke luar daerah, bahkan ke luar negeri.

“Kami juga berharap PII bisa mendampingi mahasiswa sejak di bangku kuliah dan membuka jalur magang agar mereka siap kerja,” katanya.

Menurutnya, Riau punya potensi besar. “Jangan sampai muncul anggapan bahwa di Riau sulit cari kerja. Padahal, kita ini daerah di bawah minyak, di atas juga minyak,” ujarnya.

Seminar nasional ini menjadi ruang reflektif dan strategis, mempertemukan dunia pendidikan, praktisi teknik, hingga pemerintah daerah, untuk membicarakan masa depan industri yang bukan hanya hijau secara teknologi, tetapi juga sehat secara etika dan sosial. (*)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow