Aksi Nyata Selamatkan Pesisir Pantai Bengkalis, Kelompok Sekat Bakau Tanam 200 Mangrove

RIAUCERDAS.COM, BENGKALIS - Penamaan 200 bibit mangrove oleh Komunitas Sekat Bakau berkolaborasi dengan Yayasan Gambut, masyarakat dan puluhan Siswa Sekolah Dasar. Kegiatan ini juga didukung Global Environment Center (GEC) dan Aramco Asia Singapore. Penamaan mangrove dilakukan di kawasan pesisir pantai yang terkena abrasi. Turut hadir Camat Bukit Batu, Acil Esyno, dalam kegiatan ini di Desa Buruk Bakul, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Minggu (18/5/2025).
Ketua Komunitas Sekat Bakau, Khaidir mengatakan, menanam mangrove bukan pekerjaan yang mudah. Banyak faktor yang bisa menyebabkan gagalnya penanaman, seperti bibit yang hanyut terhempas ombak, mati karena tertimbun sampah dan hama.
“Menanam mangrove di pesisir bukan hal yang mudah, tentu banyak tantangannya. Bahkan kepemilikan lahan juga jadi tantangan dalam upaya rehabilitasi mangrove di Desa Buruk Bakul,” kata Khaidir.
Khaidir merincikan, jumlah bibit yang telah ditanam di Desa Buruk Bakul, sekitar 22.600 dengan luasan 4 hektar. Itu merupakan total bibit dari fase kesatu pada tahun 2023 dan fase kedua pada 2024. Berdasarkan pendataan ada sekitar 14.0000 pohon bakau yang hidup dengan luasan 2,5 hektar.
Khaidir juga mengungkapkan terima kasih kepada YG, GEC dan Aramco, sebab terus mendukung pihaknya untuk melakukan rehabilitasi mangrove. Selain itu, kata dia, ketiga pihak itu juga mendukung Komunitas Sekat Bakau untuk membuat produk olahan dari mangrove. Diantaranya, keripik mangrove dan sirup kedabu.
"Adapun dampak dari program tersebut terhadap perekonomian Komunitas Sekat Bakau sekarang sudah punya kas sekitar Rp20 juta dan memiliki asset berupa kempang/perahu" ucap Khaidir.
Di tempat yang sama Mulyadi Direktur Yayasan Gambut Riau, mengatakan kelompok masyarakat yang mereka dampingi saat ini ada dua komunitas yaitu Sekat Bakau dan Parit Segagha untuk melakukan upaya rehabilitasi mangrove di wilayah pesisir.
Komunitas Sekat Bakau berada di Desa Buruk Bakul, Kecamatan Bukit Batu. Sedangkan Parit Segagah berada di Desa Kelapapti, Kecamatan Bengkalis.
Mulyadi mengungkapkan, upaya rehabilitasi wilayah pesisir ini berawal dari Desa Buruk Bakul dengan pembuktian penanaman sebanyak 8.000 bibit pada 2023.
“Jadi selama satu tahun kami melakukan monitor guna memastikan pertumbahan bibit mangrove yang sudah ditanam oleh komunitas itu tumbuh. Tak hanya menanam saja, tapi memastikannya tetap hidup, kalau ada yang mati kita tambal sulam,” jelas Mulyadi.
Dari fase kesatu-kedua (2023-2025), kata Mulyadi, upaya komunitas melakukan rehabilitasi mangrove sudah terasa dan terlihat dampak positifnya terhadap ekosistem.
“Dulu komunitas Sekat Bakau sulit menemukan sarang kepiting dan orang nangkap udang. Tapi sekarang mereka sudah melihat ada sarang kepiting dan orang mencari udang di sekitar mangrove Desa Buruk Bakul,”
“Artinya, rahabilitasi mangrove itu berhasil dan terlihat dampak positif lingkungannya. Biota-biota sekitar mangrove akhirnya secara perlahan mulai mendekat ke kawasan-kawasan mangrove yang kita proteksi (lindungi) dan dirawat. Kerang, udang dan ketam sudah mulai nampak,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Manager FCP GEC, Nagarajan Rengasamy mengatakan, upaya yang dilakukan oleh komunitas Sekat Bakau sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan.
Setidaknya ada tujuh poin-poin yang berkaitan dengan SGDs yaitu no poverty, zero hunger, decent work and economic growth, climate action, life bellow water, life on land and partnership for the goals.
Nagarajan juga mengatakan bahwa tindakan komunitas sekat bakau sudah berpikir dan memiliki pemahaman tentang isu-isu global, namun bertindak atau mengambil tindakan di tingkat lokal. "Think global, Act local," ujarnya.
Global Environment Center (GEC) adalah organisasi nirlaba dan non-pemerintah yang didirikan pada tahun 1998 untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup yang penting secara global seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan sumber daya air.GEC berbasis di Malaysia namun mendukung aktivitas di seluruh dunia.
Camat Bukit Batu, Acil Esyno, sangat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Sekat Bakau yang berkolaborasi dengan Yayasan Gambut, Global Environment Center (GEC) dan Aramco.
“Kami mendukung kegiatan ini. Kami juga akan terus mendorong terus dilaksanakan masalah di Bengkalis adalah abrasi raturan sepanjang kilometer. Maka harus ada kepedulian bersama untuk jaga bibir pantai. Kalau tidak, dalam 50 tahun kedepan, saya rasa Jalan Sudirman bisa masuk air pasang,” ujar Acil.
Acil juga menyoal terkait kepemilikan lahan yang kini ditanami mangrove, kata dia, komunitas Sekat Bakau saat ini sedang melakukan komunikasi dengan pemilik lahan.
“Sudah ada pembicaraan dengan pemilik lahan. Jika memungkinkan, lahan itu nanti apakah bisa dihibahkan atau ada mekanisme lain. Kita juga tak boleh melanggar kepemilikan orang. Kalau memang bisa dikerjasamakan maka dibicarakan baik-baik nanti,” jelasnya.
Lalu kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh pihak Aramco Asia Singapore yakni Directur of Public Affairs, Koh Patsy.
Aramco Asia Singapore Pte. Ltd. (Aramco Singapura) adalah perusahaan terbatas swasta Singapura yang berafiliasi dengan Saudi Aramco, perusahaan minyak dan kimia terbesar di dunia. Perusahaan ini bertindak sebagai pusat Asia untuk kegiatan Perbendaharaan, layanan TI, akuisisi bakat, serta pusat regional dan pintu gerbang ke kawasan Asia Tenggara dan Oseania untuk layanan pemasaran minyak mentah dan LPG, rantai pasokan dan sumber material, serta manajemen mutu. (rls)
What's Your Reaction?






